Social Icons

Pages

Selasa, 27 November 2012

Menyamar Sebagai Peri

Dalam setiap komunitas, selalu ada saja sosok yang tak dipedulikan. Bahkan lebih parah, selalu dicela dan tak dikendaki hadirnya. Jika ia bicara maka tak ada yang mau mendengar, jika ia pergi maka tak ada yang menanyakan ia ke mana. Bahkan ketika ia membuat kesalahan kecil, orang-orang mencelanya sperti ia telah melakukan kesalahan yang sulit termaafkan. Mreka melempar sampah caci maki begitu saja tanpa rasa bersalah. Seperti sudah wajar jika sosok itu menerimanya.

 Dalam film- film lantas sosok ini pergi mengucilkan diri sambil memarahi dirinya, merasa tak punya teman dan sia-sia saja hidup ini . Saat itulah ia didatangi dengan makluk luar angkasa. Dari makluk inilah ia mempunyai kekuatan dasyat yang memberinya kekuatan super. Bisa juga ia lantas ditoong superman, peri baik hati atau dukun yang sakti. Dan harga dirinya naik dengan sangat cepat. Satu contoh aksinya ia dapat mengangkat sepuluh teman-teman yang mengejeknya sekaligus, lalu membanting ke atas tanah sampai mereka ketakutan dan lari terbirit-birit. Atau jika perempuan maka sosok ini akan berubah mejadi perempuan yang mempunyai daya tarik luar biasa sehingga mereka yang meremehkan akan berbalik jatuh hati padanya. Lalu masalahnya selesai dan sosok ini menjadi sosok baru yang disegani.

 Tetapi bagaimana jika itu nyata dalam kehidupan ini. Mau lari ke mana, tak ada superman, tak ada alien, tak ada peri yang baik hati dan tak ada dukun sakti yang sudi menolong. Yang ada hanya temen teman yang tak menghargai dan kelas yang pengap oleh hawa peremehan. Sampai kapan ia akan bertahan ?

Hari itu aku kembali melihatnya ditertawakan teman-teman sekelasnya. Menasehati mereka hampir kulakukan setiap kali melihat adegan ini, tetapi kutukan (?) sebagai sosok yang tak menyenangkan kembali merebut emosi mereka. Sehingga kembali berteriak, mencela dan bergerak menjauh tak mau berteman. Ini tak logis karena tak ada masalah yang sebenarnya terjadi.

Ya, hanya aura negatif yang melingkupi. Aku percaya karena manusia adalah kumpulan energi yang bisa terpengaruh oleh hal-hal yang metafisik. Beberapa saat lantas terpikir untuk menyamar menjadi peri. Rutin kusapa ia dengan senyumku yang paling tulus setiap kali kulihat ia berjalan seorang diri. Rajin kutanya dia, apa saja yang kurang dipahami dalam pelajaran di kelas. Sering sekali aku menambah pertanyaan-pertanyaan kecil ketika waktu istirahat tiba. Apa sudah makan pagi, kegiatan di sore hari apa saja , apa yang ia sukai atau sekedar memuji hasil ulangan pelajaran yang lalu. Semoga ia merasa dihargai.

1 komentar:

 

Sample Text