Kuperhatikan dari tadi ia berjalan bolak balik , sambil
sesekali mengalihkan pandangan nya jauh
ke seberang . Seperti akan ada sesuatu yang ditakutkan, tapi apa
? dari tadi tak ada apa-apa. Seperti ada
yang ditunggunya , tapi siapa, sudah berjam jam tak tampak seorangpun. Ia
lantas duduk termenung, menekuri dirinya sendiri.
Perlahan aku mendekat lalu duduk di sampingnya. Ia sebenarnya
seorang wanita yang cukup manis .Kulitnya kuning bersih dan rambutnya ikal
mayang. Tetapi kali ini wajahnya kusut. Ada
kebingungan yang kutangkap dari matanya saat ia kusapa. “ Apa yang nona
cari,eh, mungkin saya bisa membantu, “ sapaku ramah.
Sekilas ia tersenyum
, lalu kembali murung . Ia menghela nafas
berat , menatapku sejenak lalu katanya setengah berbisik , “ Ada yang membuatku takut.....”
Kulihat kegamangan di matanya. Aku menunggu ia meneruskan
kata-katanya sambil menawarkan perhatianku , berharap ia menerimaku sebagai sahabat .
Beberapa saat aku mulai memahami bahwa ia tak bisa membantu dirinya karena tak tahu apa penyebab kebingungan yang melandanya. Hmm,
bismilah, aku akan membantu mengusir halusinasi itu.
“Ke sinilah, berikan tanganmu padaku.”
Ia lantas mengangsurkan dua tangannya.
“Sekarang pejamkan matamu.”
Ia pun menurut.
Lalu kukatakan padanya, “Ada seseorang yang mencarimu
memang. Ia bertemu denganku tadi. Aku tawarkan untuk mengantarkan padamu tetapi
ia tak mau. Ia malu bertemu denganmu karena
penampilannya acak-acakan dan
merasa tak pantas bertemu denganmu. Ia
lantas menghilang dan tak kembali. Sekarang buka matamu. Lihatlah , ia tak ada di sini , Ia sudah
pergi jauh”
“ benarkah ia sudah pergi jauh?”
“percayalah padaku, mana mungkin ia berani menemui wanita
secantik kamu dengan keadaan yang mengenaskan .”
Ia perlahan membuka mata. Mengedarkan seluruh pandangan
dan akhirnya senyumnya mengembang.
Kulepaskan tangannya dan kupersilahkan untuk pergi mencari
udara segar di luar. Sebelum berlari menuju kebun di belakang aku sempat
bertanya, “siapa namamu nona? “
“panggil saja aku Putri Cemas .”
Ia pergi, lalu aku
menemukan diriku terasa bebas. Melangkah seringan kapas , menyongsong apapun
yang akan terjadi esok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar