Social Icons

Pages

Kamis, 28 Juli 2022

HEALING YUUK !

 

 

Bagaimana pikiran kita bisa menerima ilham yang begitu banyak ? Laksana air di telaga begitu pikiran kita. Telaga yang jernih dapat mematulkan keindahan yang sempurna semua yang berada di atas dan didalamnya :  bayangan  matahari berpendar kuning menyala,  pohon-pohon berjajar rapi di tepinya, ikan-ikan  hilir mudik berenang di dalamnya, pun kala kita menjadikan cermin ia pasti memantulkan bayangan kita dengan sempurna.

 

Laksana air telaga yang keruh, bayanganpun tampak bergolak tak beraturan, susah membedakan mana pepohonan dan mana matahari. Bahkan kalau kita berusaha bercermin di atasnya tak akan nampak wajah dengan sempurna, melainkan carut marut bayangan.  Rupa cantik atau tampanpun tampak  seram karena pantulan bayangan yang berantakan.

 

Begitulah, pikiran yang jernih, hati yang tenang dapat menangkap ilham yang turun dari langit, mengakses ide-ide yang beterbangan di udara, bahkan dari peristiwa yang kita lihat kreativitas akan muncul. Pun dari satu kalimat milik teman  kita dapat mengembangkannya  menjadi ide-ide yang menginspirasi . Bagai bayangan  telaga yang jelas dan sempurna. Sebaliknya pikiran keruh laksana telaga keruh, meski banyak sinyal ilham yan turun tak satupun mengendap dalam benak kita. Peristiwa hanya bagai gambaran film yang kita lihat tergesa-gesa, tanpa bekas makna.

 

 

Kurangi membuka gawai

 

Jaga lalu lintas pikiran dalam kepala. Pikiran yang bersilangan, penuh dengan konflik , tak bisa menghasilkan telaga yang jernih. Jaga lalu lintas informasi agar rapi. Teratur dan sistematis, tidak terdistraksi. Nah, hari ini yang banyak membuat distraksi adalah gawai. Satu sisi mengayakan kita dengan berbagai innformasi, sisi lainnya membuyarkan focus kita pada pekerjaan karena focus yang  terbagi. Bahkan kala sudah berada di tempat wisata yang kita rencanakan  dari rumah dapat tenang damai di sana, masih saja kita membuka gawai yang berpotensi memecah rasa tenang kita. Bahkan di masjid dan tempat ibadah lainnya,  tempat kita membuka komunikasi dengan Sang Pemberi ketenangan pun gawai menjerit-jerit minta diperhatikan. Maka kurangi membuka gawai untuk mengakses informasi yang tak perlu. Bukanlah gawai sendiri yang mengajarkan, bahwa ketika usai menjalankan suatu aplikasi maka cache ( sampah) teronggok di pojoknya, hingga kita harus membersihkannya. Kalau tak segera dibersihkan, jalannyapun menjadi lambat. Makin besar ranah aplikasi itu makin menumpuk pula sampah di sana. Di sore hari kala senggang saya sering menyempatkan  membersihkan sampah pada beragam aplikasi.

 

Wajar kalau pikiran kita  bersampah setelah kita mengakses berbagai peristiwa seharian, sebulan atau bahwa bertahun-tahun . Untuk meninimlakan kurangi membuka gawai hanya untuk mengisi waktu . Dari sini gampang kita teseret arus distraksi yang berkepanjangan.

 

Lalu  kapan kita mengistirahatkan pikiran agar sampa-sampah itu mengendap, atau kalau mungkin   kita hilangkan ?

 

 

Butuh isrirahat total agar sampah mengendap atau hilang dari pikiran . Dengan piknik atau yang dikenal dengan kata ‘healing” saat ini. Tentang healing yang sedang menjadi kata trend sebagai padanan kata piknik, rekreasi atau tamasya, saya punya perasaan bahwa healing itu memberi sinyal tertentu. Piknik adalah kata indah untuk makan-makan di luar, begitu menurut sejarah dari bangsa yang punya asal  kata picnic, Inggris. Tamasya, mengambarkan suka cita anak-anak yang sedang berlibur, sedang rekreasi dimaknai suatu kegiatan  agar pikiran dapat kembali berkrasi atau kembali berkarya. Sedangka healing, bacalah di kamus Anda akan menemukan bahwa healing adalah kata yang dipakai para terapis sakit  jiwa yang berarti penyembuhan dari kondisi jiwa yang sakit, bisa depresi, stress atau sakit jiwa yang lebih berat. Rupanya kata healing memberikan sinyal kalau jaman ini penuh orang-orang yang gelisah jiwanya, maka mereka perlu menyembuhkan dengan pergi ke suatu tempat. Itu hanya anailisa saya, kalau kurang setuju ya monggo saja.

 

Ada beberapa cara untuk melakukan healing selain dengan cara mengurangi gawai dan piknik ke suatu tempat. Berikut beberapa hal yang bisa mengistirahatkan pikiran agar segar kembali yang bisa dilakukan di rumah :

  1. Tidur. Healing  terbaik adalah tidur, sederhana bukan? Kala tidur semua kativitas di otak menurun, saat bangun pikiran kembali segar. Maak banyak karya yang lahir kala dini hari, sebab saat itu otak masih segar dan mudah berkonsentrasi.
  2. Mendengarkan musik. Sudah sering kita dengar bahwa music yang lembut mampu menghantarkan kita pada tidur yang nyenyak. Kalau Anda suka musik putar saja menjelang tidur atau kalau siang hari sebagai pengiring waktu istirahat siang.
  3. Merawat tanaman atau hewan peliharaan. Saat melihat tanaman berkecambah, tumbuh dan berkembang ada rasa suka cita yang bisa kita nikmati. Kala menyiram tanaman  bekembang dalam hati kita rasa berarti dalam hidup ini, maish ada yang dapat kita “tolong.” Begitupun melihat kelucuan hewan peliharaan bagi yang suka memelihata hewan menjadi obat bagi pikiran yang sehari-hari penuh tekanan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Teruskan membaca... »»  

Selasa, 12 Juli 2022

CARA HIDUP MINIMALIS

 

Masih ingatkah Anda tentang sebuah metode KonMari yang diperkenalkan Mario Kondo dari Jepang beberapa tahun yang lalu? Ia memperkenalkan suatu cara untuk mengurangi dan menata barang-barang yang ada di rumah agar rapi. Lalu di Indonesia sendiri ada komunitas serupa yang dinamakan gerakan Gemar Rapi. Konsepnya hampir sama, membenahi barang-barang, merapikan dan membuang yang tak berguna. Bedanya komunitas Gemar  Rapi  menyesuaikan metode ini sesuai dengan budaya asli Indonesia. Warga Indonesia yang punya latar belakang bekas bangsa jajahan mempunyai kemelekatan terhadap barang-barang yang   begitu kuat. Ibarat orang susah, ketika mendapatkan kesempatan untuk mengumpulkan barang yang meluber di pasaran mereka berlomba-lomba hingga menumpuk di rumah. Apalagi saat ada produk murah dari China mereka dengan mudah memborong barang-barang itu.

 

Apa dampaknya bila kita mengumpulkan barang-barang terlalu banyak? Sepatu berpuluh pasang, baju di lemari menumpuk padahal jarang dipakai, aksesoris  rumah, jilbab atau aksesoris kendaraan kita borong terus. Panci-panci yang dibeli tahun kemarin belum dipakai untuk masak sudah beli panci baru lagi dan sebagainnya. Saya sering melihat orang membeli bukan karena membutuhkan tetapi karena temannya membeli barang itu juga. Jadilah rumah kita seperti museum yang penuh barang-barang jarang dipakai. Kalau sudah benar-benar penuh larilah barang-barang itu ke tempat sampah. Dunia akan penuh sampah kalau setiap orang  membuang barang-barangnya setiap hari.

 

Banyaknya barang-barang membutuhkan perawatan, paling tidak menempatkan barang itu agar mereka “punya rumah,’ di rumah kita. Kalau tak punya rumah sulitlah kita menemukan alamat mereka. Mau mencari kunci sepeda motor saja butuh bermenit menit karena tak tahu tegeletak di mana. Mencari sebuah peniti jilbab saja sudah membuat  galau karena dengan kacaunya barang-barang itu menghambat waktu kerja kita. Apa akibatnya ? Waktu kita tersita untuk membenahi barang-barang yang kita punya, kala tak mau menerima risiko lebih fatal, terganggunya pekerjaan utama.

 

Sebagai guru yang lebih  mengutamakan perkembangan kognitif dibandingkan mengumpulakn barang-barang saya kira tepat kalau menjalankan pola hidup sederhana, memiliki sesedikit mungkin barang-barang. Mengapa ? Usia kita amat terbatas, misal usia kita enam puluh tahun, sebenarnya kita hanya hidup selama empat puluh tahun. Bukankan kita tidur delapan jam sehari semalam , yang berarti sepertiga dari hidup kita. Kalau hidup kita enam puluh tahun berarti yang dua puluh tahun digunakan untuk tidur. Sedang yang empat puluh untuk beraktifitas. Bisa kita kurangi lagi, kita tidak tahu nanti di ada ”jadwal  sakit “ yang memaksa untuk terbaring, tidak produktif. Asumsikan saja lima tahun tidak produktif, ditambah masa balita yang belum  produktif, kira-kira tujuh tahun. Sehingga tahun efektif kita hanya sekitar tiga puluh tiga tahun jika jatah usia kita enam puluh tahun. Nah, sedikit bukan?  Alangkah sayangnya kalau waktu yang sedikit itu habis untuk merawat barang-barang. Coba berapa baju yang sering kita pakai, berapa pasang sepatu yang sering kita pakai, berapa jumlah alat memasak yang benar-benar kita gunakan? Alih-lalih kita mengoleksi buku yang menunjang kebutuhan inetelektulitas , kita malam memborong barang-barang yang kurang berguna. Sejatinya, kita hanya membutuhkan barang-barang untuk hidup ini. Saya kagum pada lelaki hebat yang menjadi utusan Allah, kala wafat ia tak punya sesuatu barang untuk diwariskan kecuali sebilah pedang,  baju perang dan sepasang sepatu hadiah dari  Raja Negus. Lihat bahwa semua yang beliau tinggalkan adalah barang-barang yang memang beliau pakai, bukan barang-barang yang sifatnya untuk mencari kesenangan.

 

Darimana barang-barang itu berasal ?

 

Berasal dari sikap kita yang gemar mengumpulkan barang, mulanya membeli tanpa pertimbangan matang apakah barang itu begitu penting atau tidak penting. Di sinilah kita perlu membuat daftar prioritas barang yang akan kita beli. Saat ini para penjual begitu getol untuk membuat konsumennya tertarik. Berbagai media mereka banjiri dengan promo.

 

 

 Kita saja  yang sudah lebih matang berfikirnya  dibandingkan mereka yang punya wawasan lebih dangkal tentang sikap boros, itupun seringkali  terjebak dalam membeli barang-barang kurang berguna. Misal di sekolah, begitu sales menawarkan  alat masak model baru, sibuklah kita memilih dan menawar. Sampai rumah taruh saja di lemari alat dapur, sampai satu tahun belum dipakai.

 

Meski barang-barang membanjiri pasar kalau niat kuat tertancap di hati bahwa kita ingin hidup sederhana dengan menggunakan barang-barang yang perlu saja, saya yakin para sales akan segera meninggalkan kita dengan tangan kosong. Bukan ingin mengurangi rezeki sales niat kita, justeru kita membantu para sales untuk ikut berbenah juga. Permintaan pasar terhadap barang yang berkualitas yang makin banyak dengan mengesampingkan barang murah tetapi kurang kualitas, membuat mereka juga mencari dagangan sesuai permintaan pasar. Saya cukup prihatin dengan membanjirnya produk China yang kebanyakan barang-barang murah tetapi cepat rusak. Memang murah dan mudah mendapatkanya tetapi kalau hanya terpakai dalam hitungan bulan saja, bukankah jatuhnya menjadi mahal sebab kita harus membeli lagi? Jadi menurut saya, ya sikap kita yang perlu dibenahi. Perlu bersabar untuk membeli produk berkualitas, rajin memilah dan memilih saat yang tepat untuk membeli serta menanyakan lagi, “apa memang saya perlu barang itu sekarang?”

 

Memang perlu perjuangan agar kukuh bagai baja melawan godaan membeli. Alam bawah sadar bangsa Indonesia yang pernah dijajah sehingga hidup dalam kekurangan bertahun-tahun membuat rasa ingin mengumpulkan barang sebanyak banyaknya itu hadir kala barang  bertebaran di pasaran. Inilah salah satu sebab mengapa budaya hidup sederhana di tanah air masih menjadi prinsip  yang terasa asing. Padahal jauh hari Islam telah mengajarkan untuk hidup tak berlebih-lebihan.

 

 …Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” ( Al A’raf : 31)

 

Teruskan membaca... »»  

Senin, 11 Juli 2022

MENGHADIAHI DIRI, JAGA KESEHATAN

 

 Menghadiahi orang lain  mungkin sudah sering kita lakukan, tetapi menghadiahi diri sendiri malah jarang . Kapan terakhir kali  menghadiahi diri  sendiri ? Sebagian orang   melakukan me time untuk menghadiahi diri, misal dengan pergi ke salon, ke rumah rumah perawatan  atau mengajaknya refreshing ke tempat yang indah.  Saya sependapat , tubuh perlu kita perhatikan juga seperti halnya kita memperhatikan pekerjaan sehari-hari. Dalam tulisan ini ada cara menghadiahi diri sendiri terkait dengan kesehatan tubuh bukan hanya saat kita baru saja berhasil melakukan tugas-tugas besar tetapi menghadiahi diri setiap saat secara rutin.

 

Ada tiga hal yang dalam hidup kita sangat penting yaitu kesehatan, keluarga dan pekerjaan. Kesehatan yang sangat kita perlukan untuk mendukung pekerjaan dan menjaga keharmonisan dalam keluarga, kita sangat tahu  itu. Seringkali kita merasa bahwa kita punya peru begitu kita sakit perut. Merasa bahwa kita punya mata begitu kita menderita mata merah. Merasa punya kaki begitu kita merasa sakit karena gumpalan asam urat yang menyumbat di persendian lutut. Merasa punya lambung ketika tiba-tiba mual karena asam lambung yang berlebihan.

 

Gejala yang kita rasakan sebagi  penyakit  seumpama sinyal yang memberikan tanda bahwa ada yang perlu kita perhatian dalam tubuh kita. Bahwa kita perlu menyapa tubuh, memberikan perhatian dan hadiah agar ia kembali bersemangat.Bukankah kita selama ini merasa baik –baik saja, kurang menyadari bahwa  keadaan baik-baik saja itu tak terjadi tiba-tiba. Banyak organ gubuh yang telah bekerja keras untuk mewujudkan rasa baik-baik saja itu. Dan mereka tak pernah mengeluh, sekedar memberitahukan dengan bahwa ia sudah begitu letih bekerja.

 

 

Baiklah, ambil nafas panjang dan pejamkan mata lalu tutup kedua telinga dengan ujung jari.  Rasakan dan dengarkan seluruh tubuh sedang bergemuruh memerankan fungisnya, demi kita sehat, demi semua terasa nyaman, demi kelangusngan hidup kita. Dengarkan music paling indah yang bersimponi dalam tubuh kita.  Detak jantung yang mompa darah, gerak paru-paru mengeluarkan dan memasukkan nafas, geliat usus mengeluarkan bebagai enzim dan mencerna makanan, derak ginjal dan hati menyaring semua zat yang tak berguna, mekar unkuncupnya rambut-rambut lembut di seluruh tubuh yang rajin  memindai udara. Sementara itu sel di seluruh tubuh memenuhi jadwal secara berkala, meluruhkan dirinya  satu persatu untuk kemudain digantikan oleh saudaranya sel baru.

 

Hadiah apa lagi yang pantas bagi tubuh ini? Menurut saya, yang pertama adalah  mengurus isi perut, sebab menurut Sabda Nabi penyakit lebih banyak disebabkan oleh pengelolaan perut yan kurang teledor.  Perhatikan apa saja yang kita masukkan dalam perut kita, berarti upayanya dalah menjaga pola makan. Apa jadinya jika siang dan malam kita memenuhi perut dengan makanan miskin gizi yang sulit dicerna usus? Dengan lahab menuruti selera lidah dan mengabaikan kebutuhan perut. Makan yang bergizi tak harus mahal, di pasar-pasar tradisonla makanan bergizi dapat kita peroleh dengan mudah karena jumlahnya berlimpah dan harganya cukup  murah. Satu kilo ketela rambat harganya lima ribu rupiah , bandingkan dengan harga satu buha burger. Satu papan tempa harganya tiga ribu rupiah bandingkan dengan harga satu papan coklat  di supermarket. Harga satu kilo berat merah di pasar tardiosionla sebelam ribu rupiah, bandingkan harga satu Loyang cake di toko roti. Mari beralih ke makan yang alami, tanpa banyak pengolahan yang kadar giznya masih banyak. Minimalkan menyantap makanan yang diproses berkali kali yang telah miskin gizi.

 

Hadiah kedua adalah  puasa. Menarik, puasa telah menjadi sarana bagi penyembuhan berbagai ragam penyakit di beberapa Negara. Para dokter yang berkiblat ke pengobatan holistik menemukan bahwa puasa adalah terapi terbaik untuk menyembuhkan penyakit. Puasa memberikan libur pada organ pencernaan dan memberikan peluang bagi sel-sel tubuh untuk memperbaiki diri. Memberi waktu pada mereka untuk  bekerja  menyingkirkan sel-sel tubuh yang sudah rusak atau mati, lalu menumbuhkan sel-sel baru yang sering disebut autofagi. Pada pengobatan holistic para pasien diwajibkan berpuasan selama sepuluh hari berturut-turut. Manfaat puasa lainnya dalah mengelurkan racun dari dalam tubuh. Cermati tanda-tanda tubuh memerlukan pelepasan racun ( detoks):

  • Mudah mengantuk atau malah susah tidur ( insomnia)
  • Sering pusing tanpa sebab.
  • Gangguan  pencernaam seperti mual, sembelit, perut kembung atau mudah masuk angina.
  • Berat badan gampang naik tetapi sulit turun
  • Merasa letih, kurang focus dan tidak bersemangat

 

Hadiah  ketiga, adalah olahraga. Olahraga adalah tabungan di hari tua. Anda mungkin sudah menabung uang di bank,  tetapi apakah Anda sudah menabung olahraga? Uang bisa hilang tetapi olahraga yang tepat sehingga badan sehat bisa mendatangkan uang karena dengan badan sehat kita bisa bekerja. Juga bisa menghemat uang karena tak perlu berobat ke dokter. Maka benar kalau kita katakan bahwa olahraga adalah investasi.

 

Saya mendapati teman-teman yang pensiun sebagai guru olahraga lalu beberapa  tahun sudah menghadap Allah . Lalu berkembang asumsi bahwa olahragapun tak bisa memanjangkan usia. Memang tak memanjangkan usia, tetapi olahraga dapat membuat  kita menikmati sisa usia dengan kebahagiaan  karena badan sehat. Tak ada hubungannya olahraga dengan datangnya ajal tentu saja. Ajal datang pada saat yang sudah digariskan Allah sedangkan olahraga adalah  upaya agar kita  bisa menikmati sisa usia dengan badan yang sehat. Guru mata pelajaran apapun bisa dipanggil Allah sewaktu-waktu tak harus guru olahraga,  kelakar saya pada mereka.

 naskah_ke_dua puluh lima

Teruskan membaca... »»  

JANGAN JADI TOKSIK

 

 

 

Sesuai namanya toksik yang berarti racun, orang ini  datang menebar racun bagi orang-orang di sekitarnya. Jika ia  berkata menyakiti teman-temanya, jika ia berargumen suka mematahkan lawan dengan kasar, jika ia diam wajahnya masam tak enak dipandang. Jika ia tak datang  orang-orang merasa aman. Adakah orang seperti itu di lingkungan Anda? Mungkin ada tetapi kadarnya tak separah yang saya tulis di atas. Mungkin  ia hanya kadang-kadang saja menjengkelkan, selebihnya ia teman yang  siap diajak bekerjasama.  Mungkin ia hanya kadang-kafang saja menyakiti  selebihnya ia dalah teman  yang setia. Kalau begitu asumsi kita tentang kata ”toksik” berarti setiap orang punya potensi untuk menjadi toksik.

 

Kita sepakati dulu dari kacamata yang mana kita memandang si toksik. Toksik atau tidaknya tergantung siapa yang bilang. Tukang tunda pekerjaan akan bilang si rajin dengan toksik karena menganggu kesenagan untuk  bermalasan,  mengusik ritual malasnya dengan tagihan pekerjaan, “ Mana RPP Anda? Mana analisis Nilai Anda? “ Si lambat akan bilang si gesit adalah toksik karena si gesit berlari yang membuatnya kesulitan mengikuti hingga pontang panting. Dengan merehkan ia akan bilang, “sok pahlawan.” Sedang generasi tua melihat genarasi muda yang memutuskan secara cepat ia akan bilang, “ si muda yang tergesa-gesa.” Si tukang sunat dana tentu tak suka dengan si jujur, ia kan bilang, “sok suci.’

 

Kalau toksik dimaknai atas selera masing-masing maka saya tidak mendapatkan acuan yang pasti, maka saya pagari batasan toksik dengan  dengan rambu-rambu,” ia adalah orang yang menghambat visi misi sekolah ,termasuk yang menciptakan suasana tidak nyaman pada teman-temannya. Sepadan dengan pengertian “anak-anak istimewa “ yang kita temukan di kelas-kelas. Mereka adalah anak-anak yang menjadi biang keladi  kacaunya  kelas. Julukan istimewa adalah doa agar mereka menjadi baik kembali.

 

 

Orang toksik menebarkan racun dari dalam dirinya kepada  orang lain.  Racun itu bisa berupa rasa marah,  kebencian,  kekecewaan atau emosi negatif lainnya. Saya pernah hidup dengan Bapak toksik. Hampir setiap rapat- ia kebetulan menjadi kepala Sekolah-   mengatakan bahwa sekolah kita ini miskin, Anda semua jangan berharap sekolah ini memberikan uang yang banyak. Nah, Apa yang sebenarnya terjadi denganya? Ia  marah pada dirinya yang sedang kekurangan uang. Atau ia ketakutan uang yang ada di sekolah akan berkurang untuk memberi honor atau gaji pada teman-temanya sehingga tak ada bagian buat dirinya.  Ia menutupi ketakutan dan ketamakkannya  itu dengan mengintimidasi orang  lain. Cerita  lain, seorang Ibu toksik yang suka mencela teman-teman sekantor. Sebaik apapun perbuatan teman-temannya ia selalu kurang puas lalu mencelanya, sehingga tercorenglah citra baik temannya. Apa sebenarnya yang terjadi dengan Ibu toksik ? Dalam dirinya ada rasa  superior,  ingin dipuja dan dihormati secara berlebihan maka ia membuat orang lain seakan akan berada di lembah kehinaan. Ia gila untuk disanjung maka ia membuat orang di sekelilingnya menjadi “rendah.” Mungkin gaya hidup ala  kolonial begitu melekat padanya, yang tinggi dijunjung yang rendah diinjak.

 

Pastikan orang-orang seperti ini bukan kita, itu saja sudah cukup. Untuk mengobati mereka bukan kapasitas kita, diri merekalah yang harus mengobatinya. Upaya positif kita adalah , bagaimana  agar  tidak tertular toksik. Karena dalam diri manusia punya potensi untuk toksik, ya marilah kita kenali diri dengan baik. Daftarlah segala kekurangan, akui semua kelebihan.  Dalam kekurangan itu ada kemungkinan terdapat luka-luka batin . Seperti saya kemukakan kasus di atas, ada luka batin yang membuat mereka meracuni diri dan orang-orang sekitar. Mereka mengeluarkan racun itu dengan atau tanpa sadar.  Dikiranya racun akan membunuh orang lain padahal racun itu membunuh citra mereka sendiri. Alih alih membuat branding yang baik, mereka malah menempatkan namanya   dalam deretan orang yang menghambat  kemajuan.

 

Tanpa menerima diri apa adanya kita tak mungkin bisa membuang racun yang melekat di hati. Terima bahwa kita pernah marah pada masa lalu yang kelam, misalnya. Terima bahwa kita punya kebencian pada sosok orang yang lebih berkuasa misalnya. Setelah menerima, sadari bahwa semua peran di dunia ini tak terelakkan, artinya kita sudah diberikan peran untuk melakonkan hidup ini. Miskin hanyalah pakaian, kaya begitu juga. Penderitaan hanyalah masalah jadwal saja, lain kali kita pasti terjadwal bahagia. Orang yang membenci sesuatu  biasanya hanya melihat dengan pandangan yang sempit.  Jika saja ia memandang dari atas bukit kehidupan, apapun yang dialami oleh manusia adalah hasil dari perbuatannya sendiri. Teman kita yang sukses sudah selayaknya sukses sebab ia berusaha keras. Kita tak boleh menaruh iri dan kencian. Seperti kalau kita mendaki gunung, dari lereng yang tinggi kita bisa melihat bahwa di bawah sana ada ngarai, sawah, bukit kecil, perkotaan, sungai dan semak belukar. Dengan lengkap semua terlihat. Semakin tinggi kita mendaki semakin banyak dan luas pandangan kita. Dalam dunia maya, ketika kita membuka aplikasi facebook melalui gawai maka yang tampak hanya beranda dan fitur tertentu, tetapi  begitu kita buka dengan layar komputer atau laptop maka semua fitur akan tampak.


naskah_ke_dua puluh empat

Teruskan membaca... »»  

Rabu, 06 Juli 2022

NIKMATI HOBI

 


Dalam hidup ini ada hal yang mau tak mau harus kita jalani; mencari uang, mengurus  keluarga, bersosialisasai dengan masyakat beserta adat-adatnya dan merawat kesehatan diri sendiri.

 

Apakah Anda ada kerinduan untuk keluar dari semua itu, ingin mencari sesuatu  kegiatan yang membuat hasrat menyala? Yang tak mengganggu pekerjaan rutin kita, yang kalau berhasil merampungkannya terbit bahagia dalam hati? Yang kalau kita tak melakukan itu timbul rasa kangen yang begitu besar? Itulah kesukaan atau hobi.

Temukan hobi Anda. Saya menemukan hobi  membaca dan menulis. Ketika satu tulisan telah saya selesai maka terbit bahagia  dalam dada. Saya juga hobi memelihara tanaman, melihat tanaman yang menghijau dan bunga-bunga yang bermekaran maka bermekaranlah hati saya. Membaca membuat saya melanglang ke alam yang menantang, kadang juga mengharukan, lain waktu menegangkan,   tanpa beranjak dari kursi. Ketika tak semua pengalaman  harus kita lalui, misalnya pengalaman di penjara, saya bisa merasakan pengap dan dinginya  ruang penjara yang hanya berukuran dua kali tiga meter untuk enam orang dewasa yang bertubuh besar. Saya juga bisa menyusuri lorong penjara yang gelap dan pengap bersama Bahar di novel Janjinya Tere Liye. Kemudian ikut menambang emas yang berada di baah bumi beberapa kilometre di bawah tanah. Menyaksikan kapak ajaibnya mengeduk tanah dan takjub kala kapak itu membongkar bongkahan-bongkahan emas.

 Di novel Rindunya Tere Liye saya bisa berada di atas kapal  Blitar Holland pada tahun 40an, bersama seorang gadis kecil pintar  bernama Elsa. Melewati gugusan pulau-pulau kecil di Sumatra, menikmati langit yang bersih dengan bulan separuh, ditemani bintang gemintang. Menjadi murid  Gurutta dan melaksanakan haji bersama orang-orang sekapal. Nah, bagaimana saya bisa merasakan hidup di tahun itu kalau saya tak membaca buku? Dan masih banyak petualangan yang menyegarkan suasana batin lewat sebuah buku. Begitulah, hobi menghadirkan suasana baru yang menyegarkan pikiran , membawa  ke negeri-negeri yang jauh sambil mengurai kejenuhan kerja.

 

Hobi sangat perlu dilakukan oleh siapapun,  apalagi bagi kita yang sibuk dengan rutinitas sebagai guru, berangkat pagi pulang siang atau sore dan malam harinya masih mempersiapkan pekerjaan esok hari. Di sela-sela itu ada pekerjaan rutin admnistrasi guru  yang begitu padat,  termasuk pengembangan diri dalam seminar atau penulisan karya. Belum lagi  agenda tahunan seperti penerimaan siswa baru, persiapan pelepasan siswa, pembuatan raport dan ijazah beserta nilai-nilainya dan juga agenda lomba siswa yang susul menyusul.

 

 

Sekelompok orang yang punya hobi yang sama, melakukan kontak lalu bersama-sama menikmati hobi dalam satu  wadah untuk bersosialisasi. Hati yang tadinya sepi menjadi terhibur karena banyak teman. Hubungan sosial kembali hangat dengan kita melakukan hobi bersama-sama. Amati betapa serunya anak-anak yang suka bermain bola kemudian mereka bertemu di lapangan mengejar dan menendang bola,  mendapatkan nyala semangat mencetak gol. Di masa kini cukup mudah untuk menemukan komunitas hobi, selain di dunia nyata kita  bisa membuka media sosial dan menjadi anggotanya di komunitas maya.  Jarak kini bukanlah penghalang untuk mendapatkan teman yang sehati. Dalam diskusi kita bisa mendapatkan kalimat-kalimat penyemangat yang bakal memunculkan   ide-ide segar. Senangnya  bisa berbagi  dengan orang-orang yang mengerti apa yang kita mau.

 

O, ya, apa hobi Anda? Jangan kesampingkan hobi, sebab sebuah  hobi menunjukkan siapa sejatinya kita. Mungkin dalam perjalanan nasib kita harus terpuruk di dunia pekerjaaan yang tak begitu kita sukai tetapi harus kita lakukan.  Siapa yang mengira di alam  bawah sadar ada suatu hal ataupun kativitas yang kita sangat ingin melakukannya, meski   kita tahu begitu terlambat mengetahuinya. Tak mengapa, saya menemukan hobi saya menulis ketika hampir kepala tiga.

.

Dalam hobi itu terlukis apa yang kita cari, secorak  dengan  kecerdasan apa yang sejatinya tersembunyi dalam diri kita. Seorang yang cerdas musik akan mempunyai hobi yang berkaitan dengan dunia seni suara atau cara-cara memainkan  alat musik. Orang yang selalu bergerak punya kecerdasan kinestetik, hobi yang ia miliki biasanya juga berkaitan dengan dunia gerak seperti olah raga, menari dan sebagainya. Jadi, janganlah ragu untuk menyenangkan diri dengan melakukan hobi.


naskah_ke_ 23

tantangan_menulis_70_hari

 

 

 

 

 


Teruskan membaca... »»  

Selasa, 05 Juli 2022

SETIAP GENERASI PUNYA CARA

 

Salsabila, gadis manis itu sibuk menatap layar gawai, sementara di depannya terpampang layar laptop yang menyala. Tangan kanannya sibuk memencet mouse dan tangan kirinya mengusap-usap layar hp. Di sebelah kiri laptop terhidang    kue keringdalam sebuah toples, acapkali tangannya meraih mulut toples  yang  kini tinggal separo. Sejurus kemudian gawai diletakkan lalu  tangannya fokus ke lapotop. Terdengar adiiknya dari ruang sebelah, “ Kak chargerku di mana?”

“Di meja belajarku, laci paling atas ,” jawab Salsa, pandangannya  tak lepas dari layar.

 

 

Menakjubkan, generasi masa kini begitu cetakan dalam bekerja. Ia menjadi manusia multitasking yang bisa mengerjakan berbagai macam aktivitas dalam satu waktu. Saya termasuk generasi yang lahir tahun 70an, barangkali Anda seumuran dengan saya teruskanlah menyimak tulisan ini. Setiap genersai punya keistimewaan. Ada yang begitu cekatan seperti Salasabila ada juga yang relative hati-hati seperti generasi sebelumnya. Tahun –tahun kelahiran, dimana kondisi dunia berbeda bisa mempengaruhi karakter seorang bayi yang lahir pada saat ini.

 

Kalau kita cermati, multitasking yang alamiah dipunyai oleh sorang wanita. Amatilah seorang ibu yang sedang mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Di pagi hari yang sibuk seorang ibu bisa mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Menjerang air, menumbuk  bumbu, menyiapkan  sarapan sambil mengontrol aktivitas putra-putrinya.  Sama-sama menakjubkannya dengan Salsabila, hanya beda aktivitas. Salsabila cekatan dalam mengoperasikan gawai, laptop dan komunikasi sedangkan ibu rumah tangga cekatan dalam menjalankan aktivitas fisik.

 

Mari kita lihat ajaran tentang cara kerja yang berbeda dari orang Jawa yang ditulis berabad sebelumnya, kira-kira pada abad ke -16. Menariknya, ajaran ini masih tetap populer di kalangan masyakarat Jawa, Alon-alon waton kelakon. Artinya dalam mengerjakan sesuatu kita hendaknya perlahan, teliti dan hati-hati agar mencapai hasil yang maksimal. Produk dari bekerja dengan  falsafah ini biasanya juag lebih tahan lama melintas waktu dari abad ke abad, seperti bangunan masjid Demak yang tetap gagah hingga ataupun berpakai pusaka yang masih berkilau yang  disimpan di berbagai museum dan keraton.  Candi- candi juga berdiri megah padahal sudah berabad-abad dibuat. Tembang-tembang masih enak didengar oleh semua  genarasi, bahkan orang mancanegara memburunya untuk dinikmati. Gamelan juga produk dari falsafah tersebut, sebuah alat musik yang mampu mengiringi lagu dari berbagai jenis musik.

 

 

Lebih jauh, mari kita simak cara kerja dalam Serat Pepeling lan Pamrayoga berikut :

 

Nanging aja sungkanan marsudi

Den aminte netepi bebasan

Uler kmabnag sak titahe

Yen mogok meguk-meguk

Bali kesed arani sami

Aja meleng lumuhan

Samubarang lumuh

Den awas mring wawatesan

Sakeh laku ana kena den lumuhi

Ana kudu den angkat

 

 

Artinya , janganlah segan untuk terus belajar seperti kerjanya  ulat kambang, yang pelan tapi pasti. Pelan di sini bukan berarti terjebak dalam kemalasan, sebab orang yang malas tak akan mencapai tujuan. Pelan maknanya hati-hati dan teliti, dikerjakan sesuai dengan dasar dan perencanaan yang matang. Perlu diingat ada kalnya kita dapat menyelesaikan pekerjaan yang satu, tetapi jangan terburu untuk menyelesaikan pekerjaan lainnya kala itu. Kita sebaiknya pandai-pandai memilah  mana yang harus didahulukan yang mana yang diakhirkan.

 

Bisa kita ambil contoh di masa kini,  seorang penulis yang pelan-pelan melakukan penelitian berbulan-buan, baru kemudian menuliskan sebuah cerita dan menjadi novel yang bestseller. Seorang Tere Liye melakukan survey begitu lama untuk sebuah  novel yang kalau ia terbit maka pembaca berebut untuk membelinya. Misal novel Rindu yang membutuhkan  penelitian yang panjang karena seting waktunya pada tahun 40an dimana orang naik haji masih memakai kapal laut yang memakan waktu berbulan-bulan. Dari detail kapal dan bagian-bagiannya itu saja membutuhkan ketelitian yang membutukan sikap ulat kumbang, pelan dan hati-hati.

 

 

Tak mengapa kita punya cara kerja yang berbeda dengan generasi sekarang. Seperti hari ini , beragam profesi bisa dijalani bersamaan karena pekerjaan bisa lintas jarak. Tak ada halangan menjadi seorang desainer sebuah produk  untuk beberapa perusahaan yang berbeda. Bukan hal aneh, seorang yang bekerja dari kamarnya yang sempit bisa menghasilkan jutaan dollar dari bekerja melalui jaringan intenet yang jangkauannya ke beberapa negara. Kiranya kondisi ini yang memaksa generasi muda untuk multitasking.

 

 Kebisaan  bekerja multitasking menurut ahli kesehatan menimbulkna denyut jantung yang lebih kencang dibandingkan dengan bekerja tunggal. Wajar jika anak-anak yang bekerja multitasking punya risiko stress lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya yang bekerja perlahan. Dan ada kemungkinan ada memori yang terlupa kala melakukan multitasking, juga  risiko tidak maksimalnya hasil pekerjaan kita. Misalnya  ketika berbicara di telepon sambil mengetik email tidak akan menhasilkan percakapan yang nyaman,  terjebak dalam basa basi belaka. Karena pikiran tengah mendengarkan maka perhatian pada layar compute berkurang, kemungkinan untuk keliru menjadi besar. Lebih buruk lagi jika kita salah menuliskan alamat email sehingga melenceng dari alamat yang kita tuju.

 

 

 

naskah ke_22

tantangan _menulis_70_hari

 

Teruskan membaca... »»  
 

Sample Text