Social Icons

Pages

Rabu, 28 November 2012

Pemujaan


Seorang yang paling shaleh diantara kami telah wafat. Sayang sekai, padahal kami  sangat mencintainya karena  ajarannya yang menyejukkan hati. Kami cemas , apa kami masih bisa melaksanakan ajarn dan hidup rukun tanpa beliau .
Dan kecemasan itu terbukti bahwa  beberapa hari setelah beliau dimakamkan, kami kehilangan pegangan. Ajaran yang agung itu mulai sirna dari kami. Seperti rombongan besar kafilah yang kehilangan pemuka sebagai penunjuk jalan, maka kami menjadi sering berbeda pendapat dan memutar haluan ke arah yang  berlainan. Ditambah  menciutnya  nyali , apa kami mampu menahan badai gurun yang datang menghantam kaki-kai kami yang ringkih.

Suatu saat, seorang yang sangat tua, berjanggut  dan berjubah putih   datang padaku. Lalu katanya,” aku akan  menawarkan pemecahan masalah ini, barangakali kalian berkenan.”
“Tentu saja kami sangat menginginkan masalah ini teselesaikan dan kami dapat menyatu dalam ajaran yang dahulu,’ jawabku.
Ia tertawa , sepertinya mudah bagi sosok ini untuk menyelesaikan persoalan pelik ini.” Bukankah kalian merindukan beliau ? Ah, buatlah gambarnya dan  tempelkan pada dinding rumah kalian. Setiap kali melihatnya hati kalian akan terasa sangat dekat dengan beliau.”
Kusampaikan ide itu pada teman-teman dan mereka menyetujuinya. Esoknya kota  sangat ramai oleh aktivitas menggambar wajah beliau. Dari anak kecil sampai kakek nenek ingin menggambar. Lalu mereka  menempelkan di dinding rumah, bahkan dinding setiap kamar . kami puas dan bergembira.
Seminggu telah berlalu dan kami melihat cahaya langit nampak suram. Ada apa dengan pintu langit ? mengapa tak nampak lagi?tapi tak apalah, toh kami telah “bertemu” dengan beliau, kuhapus keraguan di hati.
Suatu petang si tua datang lagi. Kali ini ia  menguatarakan gagasannya untuk membuat patung beliau, bahkan ia sipa menydiakan batu batu atau apapun yang diperlukan guna proyek spiritual ini  .
” Agar doa kalian semakin  khusyu lagi , kukira lebih baik lagi jika kalian membuat  patung sosok beliau  Dan jika diletakan di tengah kota maka kalian dapat berdoa bersama di tempat itu. “
Masuk akal juga gagasannya . Berdoa bersama akan membuat kita semakin menyatu dalam doa-doa yang mendamaikan hati. Aku akan sampaikan ide bapak tua ini pada pemuka kota  nanti.
Hari ini pertamakalinya kami berkumpul untuk berdoa bersama. Beramai ramai kami meletakkan Latta  di pusat kota. Gagah sekali patung –patung itu. Seperti  aslinya. Memancarkan aura wibawa yang kami rindui .
Di saat itulah, aku melihat orang orang memuja dengan air mata cinta   dan syair yang mengharu rindu. Kutatap langit  tampak  suram. Tak ada lagi pintu kutemukan. Yang terlihat hanya mendung dan kabut hitam yang menggulung . Aku jadi bertanya, apa yang telah kami lakukan ? apa yang kami cari ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample Text