Hanya hamparan gurun semakin memerah tersengat matahari. Sarah menyapukan seluruh pandangannya . Tak ada siapa –siapa. Kini ia termangu dan tiba- tiba rasa sepi, kosong dan ketakutan membekapnya kuat. Tak tahu harus mengadu pada siapa, hanya ada Ismail kecil yang masih terlelap dalam gendongannya.
Hajar lalu memeriksa bungkusan yang ia bawa. Hanya tinggal sekantung air dalam wadah. Ia mengorek-orek lebih dalam , barangkali masih tersisa roti kering . Ya, hanya tertinggal satu potong, karena bekal yang mereka bawa memang tidaklah banyak. Putri sarah tak mengijinkan mereka bertiga membawa bekal yang lebih dari cukup. Meski begitu Hajar tak menaruh benci pada madunya itu. Sarah sudah memberinya perlindungan dan kebahagiaan dengan menjadikan dirinya sebagai istri Ibrahim . Derajatnya naik dalam kemuliaan . Apalagi selama kelahiran Ismail , Putri Sarah lah yang membantu dan memberikanya dukungan .
Hajar kini berada di tanah asing tak bertuan . Kepiluan yang mendera hatinya membawa gambar-gambar kenangan masa kecil . Ketika itu sebagai anak dari seorang raja kecil di wilayah Maroko. Ia hidup damai bersama dengan para pengikut ayahnya. Dan tiba-tiba kedamaian itu sirna ketika pasukan Fir’aun menyerang tanah kelahirannya. Ayah dan ibunya dibunuh dengan keji. Anak – anak seusianya dijadikan budak yang bebas diperlakukan apa saja oleh majikan.
Ia bagai bunga kecil yang tercabut paksa dari jambangan yang memberinya perlindungan. Harga dirinya terkoyak oleh perlakukan kasar dari satu majikan ke majikan lain. Ahirnya ia terdampar di dalam istana Fir’aun . Meski raja yang kejam itu memberinya kekuasaan untuk menjadi ketua para budak perempuan tetapi hatinya tetap kelam . Tak ada cahaya sama sekali yang bisa dilihatnya. Ia pasrah pada takdir yang mengurung.
Meski begitu ia selalu berdoa pada penguasa alam semesta agar mendapatkan tempat yang lebih baik dari tempat nista itu. Doanya kian menguat ketika Ibrahim datang ke istana mengantar Putri sarah ke hadapan Fir’aun. Dan cahaya yang sangat terang datang menembus kamar hatinya yang gelap ketika seorang pengawal menyeret tangannya untuk diberikan pada lelaki tegap yang menakjubkannya.
Lamunannya terhenti mendengar Ismail menangis lagi. Bayi itu pucat pasi karena tak ada lagi makanan yang masuk ke mulutnya selama satu hari ini. Hajar mendekapnya lalu menyusukannya sambil berharap ini bisa membuat anak yang sangat dicintainya ini tenang. Hanya sebentar ismail mau mengyusu, lalu kembali menangis karena ternyata air susunya tak cukup membuatnya kenyang. Air itu mengering karena memang berhari-hari ia hanya makan beberapa butir kurma dan roti kering sisa-sisa bekal .
Hajar menoleh ke bukit yang ada di depannya. Ia ingat apa yang dikatakan Ibrahim.
“Di depan sana itu namaya bukit Shafa. Para kafilah sering melewati lembah bukit itu dan beristirahat. Sedang yang ada di belakang kita adalah bukit Marwa. Di bawahnya ada jalan yang biasanya juga didatangi para pedagang yang ingin pergi ke kota.”
Ia lantas meletakkan Ismail di pasir. Maafkan Bunda, tinggalah sebentar di sini, bunda akan mendapatkan makanan untuk kita.
Lalu dengan masih ragu ia meninggalkan Ismail . Sambil melangkah ia berulangkali menoleh ke arah bayi mungil itu.
Hajar berlari-lari kecil menaiki bukit Shafa. Besar harapan Hajar untuk dapat menemukan serombongan kafilah yang lewat sehingga bisa memberinya sedikit air atau makanan. Tak lama ia telah sampai di puncak. Syukurlah, pekiknya dalam hati. Ia lantas mengedarkan padangan ke lembah. Berharap ada seseorang yang sedang lewat atu istirahat di sana. Harap-harap cemas ia menanti . Detak jantungnya berpacu dengan waktu yang terus merambat. Tetapi sekian lama, tetap lengang, tak ada siapapun di bawah sana.
Kemanakah para kafilah yang kata Ibrahim biasa lewat tempat ini. Mengapa tak ada satu orangpun.
Ia pun kembali turun. Khawatir dengan Ismail yang ditinggalkannya.
Begitu sampai di dekat Ismail ia langsung mendekapnya erat. Ia pandangi wajah mungil yang makin pucat itu .
Bertahanlah anakku, Bunda akan mendapatkan air .
Sendiri di tanah tak bertuan itu pasti membuatnya bingung kemana dia akan mencari pertolongan. Meski tau akan sia2, tetapi tetap terus berusaha dengan terus berlari dan bukannya cuma berdiam diri menunggu. Apalagi hanya dengan MENANGIS DAN MERATAP SAJA.
BalasHapuswahai wanita perkasa,teruslah berusaha dan berlari menuju kemulianmu ! Sesungguhnya Allah akan memberikan jalan keluar dan rizqi dari jalan yang tidak disangka2 !
kemuliaan hati seorang ibu yg akan sll melindungi anaknya dr apapun dan akan sll memberikan anak sesuatu yg terbaik buat mereka
BalasHapus