Hari ini pelajaran Sejarah. Anak anak sudah siap dengan
bukunya masing-masing. Pembahasan di kelas VII semester dua adalah tentang kehidupan manusia purba. Aku memampang gambar
manusia setengah telanjang di depan
kelas. Anak anak tertawa cekikikan, seraya
saling mengolok-olok dengan menunjuk
nunjuk gambar itu.
Kukulum senyum dalam hati saja lalu kuisi buku Jurnal kelas dengan santai. Biarlah mereka mengenal materi pelajaran dengan bercanda. Kuharap canda itu bisa memberikan rasa sejuk di jam terakhr yang gerah ini .
Tiga
puluh menit metode ceramah dan tanya jawab kami lalui. Tiba –tiba seorang siswa
bertanya , “ Apa manusia purba punya agamamu Bu? Di sini kok hanya disebutkan mengenal kepercayaan dinamisme dan animisme.”
Bagaimana kita menjawab pertanyaan itu ? Kita sebagai
orang tua atau pun guru bisa saja mendadak mendapatkan pertanyaan yang
jawabannya tidak terdapat dalam buku teks pelajaran.
Berkelebat teori animisme dan dinamismenya Edwar B Tylor. Tetapi entah
mengapa aku malah mengambil spidol dan menuju ke papan tulis. Di sana kugambar sosok manusia tanpa rupa.
Anak anak lagi lagi tertawa. Pasti gambarku aneh. Kubilang, “ Ini gambar
pahlawan fiktif dari Jepang, namanya
Ultraman, kalian sudah kenal, kan ?” makin riuh suara tawa anak-anak. Biar saja
hormon endorphin mengalir deras ke otak mereka, hormon kebahagiaan yang membuat
siapapun makin bersemangat.
Kugambar sebentuk
segitiga di dada Ultraman sambil berucap, “ Pip, pip, …di dada ini ada
lampu yang berkedip kedip penuh tenaga. Jika tenaga habis maka Ultraman ini
akan lemas dan mati. “
Kini kubalikkan badan, menatap mata mereka dengan tenang.
Kulihat tiga puluh siswa yang baru saja lepas dari Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah menunggu jawaban. “ Sekarang pegang dada kalian. Di sana
ada lampu yang diberikan Tuhan sejak kalian masih berada dalam perut Ibu. Lampu
itulah yang membuat kita ingat akan Tuhan, sang Pencipta kita. Itulan iman.Begitupun
manusia purba, mereka juga punya iman dalam dadanya. Dengan itu mereka mencari Tuhan . Mereka menemukan pohon yang
tinggi dan bisa menjadi naungan lalu mereka memujanya. Di lain waktu menemukan batu yang besar yang dianggap
bertuah lalu memujanya. Mereka sanggat menghormati nenek moyang. Menganggap kematian membuat arwah mereka
menjadi sakti , lalu menjadikannya sebagai pujaan. Itulah awal munculnya animism dan
dinamisme.”
Bel pelajaran berdentang, aku menyudahi dengan salam.
Anak anak berhamburan keluar kelas. Aku membaca istigfar berulang kali . Mohon ampun pada Allah jika apa yang kuajarkan mengandung kekhilafan.
#tantangan_menulis_70_hari
#naskah_2
#happy_writing
Lampu di dada, maknanya luas, namun tepat untuk anak-anak. Menarik
BalasHapusMantap
BalasHapushehe, terimakaish sudah bekunjung Ibu.
BalasHapus