Social Icons

Pages

Rabu, 01 Juni 2022

KEHILANGAN

 

Pada tanggal 26 Mei 2006 terjadilah gempa bumi yang meluluhlantakkan sebagian wilayah Klaten, tepatnya di Kecamatan Gantiwarno dimana saya sedang bertugas di MTsN Gantiwarno kala itu.Gempa yang berkekuatan 5.9 skala Richter itu terjadi pada pukul 05.54 WIB. Dilaporkan di Kabupaten Klaten korban meninggal dunia tercatat mencapai 5.782 orang, 26.299 korban luka dan 390.077 lebih rumah roboh.

 

Pada hari terjadinya gempa saya  tidak sempat menyaksikan jenasah yang dikumpulkan di serambi masjid, menurut cerita teman, karena saya sendiri sibuk  di rumah untuk menolong para saudara yang datang dari Klaten bagian selatan yang ikut terdampak juga. Tetapi cerita itu cukup membuat air mata saya menetes. Sehari setelah itu saya mengunjungi rumah teman-teman guru yang berada di daerah terdampak. Saya tak lagi bisa mendapati layaknya pekarangan rumah,   melainkan hamparan puing-puing rumah yang berserak di mana-mana. Di ujung serakan itulah dibangun tenda darurat. Di sana para korban bertahan dari dingin malam dan terik matahari kala siang.

 

 

Sepanjang jalan menuju ke sekolah penuh dengan tenda-tenda yang dibuat dari apa saja. Orang-orang berwajah duka berada di bawahnya. Berbulan-bulan  mereka harus bertahan di bawah tenda. Tak mungkin membangun rumah dalam hitungan minggu, apalagi dana belum tersedia. Di sekolah  para guru harus bertahan untuk tetap tersenyum. Para relawan satu persatu telah meninggalkan daerah terdampak. Guru harus tampil kembali di depan siswa. Pembelajran harus tetap berajalan, maka oleh bagian kurikulum MTsN Gantiwarno disusunlah “kurikulum darurat.”

 

Saat-saat kehilangan

 

Ada saatnya kita berada di titik tak punya apa-apa. Menjadi sangat fakir bahkan untuk berteduh saja kita tak punya. Kala tak ada lagi rumah tempat berteduh hidup jiwa rasanya ikut luruh. Apa yang bisa dilakukan esok hari, begitu hati bertanya. Trauma pun masih mengepung hati, dalam hitungan detik  seluruh bangunan rata dengan tanah dan  jiwa-jiwa bertumbangan .

 

Setiap orang pasti merasakan berada pada titik terendah  dalam hidupnya, tanpa harapan. Dalam kitabNya Allah telah mengisyaratkan, akan datang suatu masa hambaNya kehilangan harta benda, jiwa dan apapun yang mereka punya. Bukan untuk menghukum tetapi untuk  menguji saja agar dapat nampak siapa yang paling bertakwa. Mintalah pertolongan dengan sabar dan sholat, begitu jalan keluarnya. Sabar adalah siap menerima semua kondisi sambil berusaha bangkit pelan-pelan sesuai kemampuan. Sholat menjadi penguat jiwa agar jauh dari keluhan. Agar api semangat tetap menyala di dada.

 

 naskah_ke_9

tantangan_menulis_70_hari

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample Text