Pada tanggal 26 Mei 2006 terjadilah gempa bumi yang
meluluhlantakkan sebagian wilayah Klaten, tepatnya di Kecamatan Gantiwarno
dimana saya sedang bertugas di MTsN Gantiwarno kala itu.Gempa yang berkekuatan
5.9 skala Richter itu terjadi pada pukul 05.54 WIB. Dilaporkan di Kabupaten Klaten
korban meninggal dunia tercatat mencapai 5.782 orang, 26.299 korban luka dan
390.077 lebih rumah roboh.
Pada hari terjadinya gempa saya tidak sempat menyaksikan jenasah yang
dikumpulkan di serambi masjid, menurut cerita teman, karena saya sendiri
sibuk di rumah untuk menolong para
saudara yang datang dari Klaten bagian selatan yang ikut terdampak juga.
Tetapi cerita itu cukup membuat air mata saya menetes. Sehari setelah itu saya
mengunjungi rumah teman-teman guru yang berada di daerah terdampak. Saya tak
lagi bisa mendapati layaknya pekarangan rumah, melainkan hamparan puing-puing rumah yang
berserak di mana-mana. Di ujung serakan itulah dibangun tenda darurat. Di sana
para korban bertahan dari dingin malam dan terik matahari kala siang.
Sepanjang jalan menuju ke sekolah penuh dengan
tenda-tenda yang dibuat dari apa saja. Orang-orang berwajah duka berada di
bawahnya. Berbulan-bulan mereka harus
bertahan di bawah tenda. Tak mungkin membangun rumah dalam hitungan minggu,
apalagi dana belum tersedia. Di sekolah para guru harus bertahan untuk tetap
tersenyum. Para relawan satu persatu telah meninggalkan daerah terdampak. Guru harus
tampil kembali di depan siswa. Pembelajran harus tetap berajalan, maka oleh
bagian kurikulum MTsN Gantiwarno disusunlah “kurikulum darurat.”
Saat-saat kehilangan
Ada saatnya kita berada di titik tak punya apa-apa.
Menjadi sangat fakir bahkan untuk berteduh saja kita tak punya. Kala tak ada
lagi rumah tempat berteduh hidup jiwa rasanya ikut luruh. Apa yang bisa
dilakukan esok hari, begitu hati bertanya. Trauma pun masih mengepung hati,
dalam hitungan detik seluruh bangunan
rata dengan tanah dan jiwa-jiwa bertumbangan
.
Setiap orang pasti merasakan berada pada titik terendah dalam hidupnya, tanpa harapan. Dalam kitabNya Allah telah mengisyaratkan, akan datang suatu masa hambaNya kehilangan harta benda, jiwa dan apapun yang mereka punya. Bukan untuk menghukum tetapi untuk menguji saja agar dapat nampak siapa yang paling bertakwa. Mintalah pertolongan dengan sabar dan sholat, begitu jalan keluarnya. Sabar adalah siap menerima semua kondisi sambil berusaha bangkit pelan-pelan sesuai kemampuan. Sholat menjadi penguat jiwa agar jauh dari keluhan. Agar api semangat tetap menyala di dada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar