Di pagi yang berembun kutemukan anggrek yang mekar segar. Seperti bunga dari langit , pikirku . Ini karena jauh hari, jauh bulan aku tak pernah memperhatikan anggrek yang tinggal sebatang kara tumbuh di halaman. Setelah ditinggal sahabat - sahabatnya kering dan mati , anggrek ini tumbuh sendirian diantara pokok kayu yang kering . Aku telah lupa kapan terakhir kali menyiramnya.
Terbawa hari-hari yang terus berjalan aku tak memahami, bahwa ada sebatang anggrek yang tekun mempersiapkan dirinya. Mengumpulkan kekuatan untuk berbunga di tengah usianya yang renta. Berjuang tak kenal lelah menyemangati daun-daun untuk terus menghidupi batang . Dan malunya, aku telah menganggap ia telah berhenti berproduksi.
Prasangka buruk itu dibalasnya dengan keindahan sempurna di pagi ini. Kupandangi dengan rasa takjub yang dalam. Terpekur dalam kemuliaan hati si anggrek yang rela memberikan bunga walau hidupnya tersia-sia. Duh, maafkan kami , yah.. Ternyata selama bertahun- tahun kau tak pernah sakit hati. Justeru dalam kandunganmu kau persiapkan kelahiran bunga indah untuk kau persembahkan pada kami .
Sedangkan kami, bertahun- tahun makan dan minum tercukupi tetapi kami lalai memberimu sedikit kesegaran . Rizki kami sebagai manusia sangat subur tetapi kreativitas kami mandul . Tak melahirkan apa-apa selain keluhan .
Ya.Allah betapa indah ciptaan'-Mu
BalasHapusKu ingin memilikinya. Tulisannya penuh filosofi
Terimakasih kunjungannya Bu Astuti
Hapus