Social Icons

Pages

Senin, 09 Mei 2022

ALLAH HADIR DI RUMAH SAKIT

 




Pernahkah Anda memasuki ruang-ruang atau bangsal di rumah sakit yang penuh dengan tubuh-tubuh lemah tidak berdaya? Atau Anda sendiri pernah merasakan dinginnya ruang ICU yang penuh dengan suara alat-alat medis yang tak henti-henti seprti jeritan panjang?   Adakah hati kita menjadi takut dan merasa tidak berdaya? 

 Saya menulis ini karena kebetulan kemarin sore habis memasuki ruang ICU menjenguk saudari.

 

Begitu beragam kehidupan di dunia ini. Ada senang ada susah. Ada rasa membuncah ada juga rasa ciut yang menyesakkan dada. Telah lama Allah mengingatkan  dalam Surat Yunus ayat 22, bahwa suatu saat manusia akan ditimpa dua macam keadaan itu. Sikap manusia dalam menghadapi keduanyapun telah digambarkan secara gambling dalam ayat  tersebut.

 

“Dialah yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan dan lautan. Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera dan meluncurlah bahtera itu membawa  orang-orang yang di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang datang dari segenap penjuru menimpanya dan mereka yakin sudah terkepung (bahaya) maka mereka mengiklaskan ketaatanNya semata. ( Mereka berkata): “ Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”

 

Begitulah, kita akan merasa sangat berharap kala bahaya datang. Memohon mohon   segenap jiwa kepada Allah agar hilangkan bahaya. Tetapi begitu bahaya itu lenyap maka kita kembali terlena dalam kelalaian terhadap nikmat yang kita terima. Saat ini untuk mengingatkan diri terhadap  bahaya yang siap sedia mendatangi kita tak perlu kita menumpang bahtera ke samudra sana. Di bangsal-bangsal rumah sakit kita bisa melihat kemungkinan itu. Ketakberdayaan yang bisa saja setiap saat menghampiri kita. Detik ini sehat, tidak tahu detik selanjutnya. Hari ini tubuh baik-baik saja, tidak kita ketahui kalau besok pagi akan tumbang oleh penyakit seperti yang diderita saudara kita yang ada di bangsal tersebut.

 

 

Apakah kita pernah membayangkan bagaimana saat  terbaring sakit? Keluarga  tentu sibuk mengurus diri kita. Mencarikan dokter yang mumpuni, menunggui kalau kita sedang tidur dan membantu semua keperluan yang kita butuhkan. Para sanak saudara datang menjenguk dan mendoakan. Tetangga dan teman yang jauh berdatangan ingin mendoakan pula. Tenaga medis siap dengan alat-alat dan analisa mereka untuk menyembuhkan penyakit kita.

  

Tetapi … semua itu ada batas waktunya. Berapa hari mereka akan siap menemani? Berapa minggu atau berapa bulan mereka akan setia menjadi pendamping kala kita sakit?

 

Saya telah banyak melihat seorang anak yang merawat orang tuanya yang tak bisa bangun dari tempat tidur selama bertahun tahun. Tetapi ya hanya dia dan satau atau dua saudaranya saja. Tak ada lagi kerabat lain   yang ikut membantu merawat selama bertahun-tahun itu pula.

  

Saat semua telah pergi dan kita berada dalam kurungan sakit yang mendera, siapa yang paling sering kita ingat namanya?

    Mungkin sekali , lamat-lamat dalam hati kita akan muncul kerinduan untuk menyadarkan diri pada sesuatu  yang kita anggap kuat. Yang siap menemani setiap saat. Yang rela tidak meninggalkan  kita kala semua orang telah meninggalkan kita dengan pekerjaan masing-masing. Dialah Dzat yang sebut sebagai Tuhan. Allah tempat bergantung. Betapa nikmat menyebut asaNya saat kita sendiri. Dialah benar-benar tempat bergantung.

 

 Dengan suara lirih  kita akan diajak untuk   kembali mengulangi ayat ayat dalam Surat Al Iklas:

“Katakanlah: “Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung semua makluk. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”

 

 #tantangan_menulis_70_hari

#hari_ke_1

 

 

12 komentar:

  1. Masya Allah, naskahnya mengajak pembaca untuk pandai mensyukuri dan bijak dalam menjalani hidup. Lanjutkan Bu 💪❤️

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Betul ibu Ovi, moga tetap sehat selalu

      Hapus
  3. Mengalir dan renyah bila menulis dengam.hati
    .lanjutkan

    BalasHapus
  4. Bersukur. .. dan terus bersyukur..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga tetap istiqomah bersyukur ya Ibu

      Hapus
  5. Merindukan kesembuhan menolak langkah kesedihan langkah bijak untuk tetap berada di barisan keluarga; Tuhan selalu ada pada pihak yang paling tepat; maka bersyukurlah atas kehidupan yang Ia anugerahkan kepaa kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bijak sekali ulasannya, Bapak.Terimakasih.

      Hapus
  6. Balasan
    1. Alhamdulilah, tepat sekali Ibuu..semoga sehat sehat di sana

      Hapus

 

Sample Text