Social Icons

Pages

Senin, 30 Mei 2022

STATUS GALAU PARA GURU

 

Hasan tersenyum senyum begitu berpapasan dengan Ibu Guru Ida. Senyum sapaan yang ramah pastinya, namun meski bu Ida  berlalu senyum itu masih saja tersungging. Bukan lagi senyum ramah  tapi senyum nyengir kuda. Apa yang terjadi  hingga siswa berseragam putih biru ini begitu lama menyunggingkan senyumnya.

 

Rupanya kemarin malam  siswa kelas IX ini  membaca status yang dibuat oleh gurunya. “ Hatiku seperti terselimuti es setiapkali melihatmu.” Bukan hanya kemarin, beberapa kali sebelumnya pemuda tanggung ini juga mengamati status bu Ida yang ada di WhatsApp, “ Musnah sudah harapanku untuk bersanding denganmu. ”Gerangan apakah yang terjadi dengan ibu guru cantiku ini," pikir Hasan.

 

 

Sebagai guru kita tentu tak lepas dari semua persoalan yang kadang ingin sekali kita curahkan agar hati terasa lebih ringan. Alangkah bagusnya jika kita mengeluarkan semua beban itu dengan bijak agar tak menjadi bahan opini atau tertawaan orang lain. Ada persoalan  yang tak pantas dilontarkan di media social sebagai wilayah publik. Jika sampai persoalan itu terlontar ke sana maka akan menimbulkan pemikiran yang berbeda dari pembaca. Dampaknya mereka akan menganggap kita seperti yang mereka bayangkan. Mungkin saja kita hanya sekedar iseng membuat status agar terkesan seru, tetapi pemikiran pembaca sangatlah beragam. Dampaknya bisa saja  merendahkan kewibawaan kita sebagai guru.

 

Dalam undang-uandang RI tahun 2005 nomor 14   pasal 8 telah diamatkan bahwa guru haruslah mempunyai kompetensi kepribadian yang bernama kewibawaan. Artinya guru haruslah  mempunyai  perilaku yang dapat memberikan pengaruh positif dan disegani peserta didik. Amanat ini bersifat melindungi guru dari tindakan yang dapat memperburuk citra guru di masyarakat.  Kita pasti tahu bahwa citra yang baik adalah modal yang sangat diperlukan untuk mendidik. Guru haruslah punya daya untuk digugu dan ditiru. Pengaruh ini berdampak sangat kuat pada para siswa, karena guru adalah salah satu sosok  yang mereka teladani. Bahkan guru adalah orang tua bagi para siswa ketika berada di sekolah.

Miris sekali kalau kita mendengar sekumpulan siswa sedang menggunjingkan perilaku gurunya yang kurang sesuai norma. Jika begitu siapa lagi yang mereka jadikan sosok panutan.

 

Maka marilah kita berhati hati dalam membuat status. Jangan mudah  tergoda dengan rayuan facebook dengan kata-kata manisnya,” Apa yang Anda pikirkan?” lalu kita menuliskan apa saja yang terfikirkan pada saat itu tanpa menyaringnya .

 

 

Saya membuat ilustrasi di atas  karena melihat ada teman-teman guru yang masih cukup muda, yang pemahaman pada profesinya masih perlu ditambah. Seringkali mereka melontarkan status yang berisi konflik dengan teman, pasangan atau pun beban pikiran yang bernada emosional sehingga terkesan kurang dewasa.

 

            Lalu bagaimana agar kita aman berstatus ?

 

        Pertama, baiknya pikirkan dulu sebelum menulis. Kadang kita lupa ketika sudah memegang gawai. Rasanya ketika sudah duduk menyendiri di kamar kita mengira bahwa itu ruang pribadi.  Tapi nyatanya begitu kita menggunggah status ruang yang kita rasa itu pribadi sejatinya adalah ruang publik yang begitu luas. Begitulah sihir jaman kini. Sadarilah dampak dari status ketika dibaca orang lain. Jangan sampai kita menjadi bahan obrolan yang kurang sedap atau bahkan menjadi bahan tertawaan karena status kita yang berlebihan ( lebay).

 

 

        Kedua, jauhi gawai pada saat emosi meninggi dan pikiran sedang kusut.  Saat seperti itu  kita mudah sekali mengucapkan atau menuliskan   kalimat yang emosional. Baiknya duduklah jika saat itu kita sedang berdiri. Atau berbaringlah jika saat itu sedang duduk. Dinginkan kepala dan hati dengan mengambil air wudlu bagi yang beragama Islam.

 

        Ketiga, carilah katarsis yang sehat. Mempunyai persoalan  yang berat memang cukup menyiksa. Ingin rasanya segera membuang masalah itu melalui apapun yang paling dekat dengan kita. Cari saluran yang sehat untuk membuang persoalan. Misalnya menulis buku harian atau  mencurahkan pada sahabat  yang terpercaya.

 

        Allah  adalah sahabat sejati. Berceritalah pada Allah melalui doa,  apa saja yang membebani hati kita. Ia adalah sahabat yang tak pernah meninggalkan  kita sedetikpun. Sudah banyak penelitian mengungkapkan bahwa kebahagiaan lebih mudah tercapai oleh mereka yang rajin berkomunikasi dengan Tuhannya dibanding mereka yang menanggung beban itu sendirian. Rasakan lengan Allah yang begitu kokoh menopang beban kita. Sambutannya yang begitu hangat membuat air mata bisa mengalir deras sehingga beban terasa ringan.


#naskah_ke_enam

#tantangan_menulis_70_hari


5 komentar:

  1. Satu contoh menarik yg sering kita jumpai di medsos. Dan sekaligus ada pembelajaran di sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih kunjungannya yang menyalakan semangat saya untuk menulis

      Hapus
  2. Pembelajar yang sangat bermakna. Semangat bun

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih Ibu Muslihatun yang sholihah

      Hapus

 

Sample Text