Ketika masih unyu dulu , selepas sekolah ,kucari jalanku sendiri ( cieeeee..., maksudnya berangkat sendiri tak ada yang mengantar ) , untuk mendapatkan selembar surat pengesahan bahwa aku ini pengendara yang laik jalan ,alias SIM.
sumber gbr |
Meurutku kala itu prinsip utama menjalani proses mencari SIM adalah “ aku harus menjadi bebek .” Ya, karena antrian yang mengular , maka aku harus bisa membebek , ikut yang ada didepan , patuh dari ruang yang satu ke ruang lainnya . Antara lain tempat pendaftaran, pengambilan dan pengembalian formulir, cap sidik jari, tanda tangan, foto baca huruf tekek, dll.
Saat sesama pencari SIM di sebelahku bilang “ huruf tekek “ aku memasang telinga baik – baik . “ Kalau pengen lolos harus bisa baca huruf tekek ,” kata mereka serius . Yang kukenal sih , selama ini ya huruf arab , latin , jawa , mana ada huruf tekek . Apa memang pengemudi yang baik harus bersahabat dulu dengan hewan rumahan yang masih keponakannya buaya itu ?
Perjalanan bebekku akhirnya sampai juga di ruangan yang ada tekeknya , maksudnya huruf tekek.Tak sabar aku ingin segera melahap huruf tekek . Tak ada yang istimewa di kandang tekek . Bahkan ruangan itu lebih sempit dari ruang lain.
Kutarik nafas dalam , siap diuji . Aku dipersilahkan duduk menghadap sebuah bangku dan diseberangnya duduk seorang petugas . Mungkin ini pawangnya , pikirku usil .
Ia lantas menyodorkan sebentuk buku sambil jarinya menunjuk dan bertanya ,” ini angka berapa ? “
“Mana , Pak ? tanyaku agak grogi .
Yang tampak olehku hanyalah susunan totol – totol dengan beberapa warna yang agak berbeda . Dan … o, memang di dalam perbedaan itulah rupanya batas – batas angka yang ia tanyakan . Tak ingin tampak bodoh segera kupelototi serius kertas itu .Kira – kira percakapan kami seperti ini : (maklum dah lama , jadi aku lupa angka berapa saja yang ada di kertas itu . )
“ Angka 8 ,” kataku mantap .
Ia lantas membuka halaman yang lain ,” kalau ini ?”
“Tujuh .”
‘Yang ini ?”
“Dua “
Akupun lolos baca huruf tekek . Yang tak kutahu , untuk apa sih aku harus berbaik – baik pada huruf “hewani” itu ? Jawabannya baru aku dapatkan ketika mengobrol lagi dengan sesama pencari SIM . “Untuk mengetes apakah kita buta warna atau melek warna .” Oooo…lha , apa hubunganya dengan hewan yang bikin orang gak bisa tidur ini ? Totol – totol itulah yang mirip dengan totol – totol motif kulit tekek . Oooo…
Yes ! Akhirnya SIM ada di tangan setelah perjuangan berbebek ria . Siip…tancap gas , dan pulang ! Hai, Pak Polisi , tilang aku dong ..:)
# Tekek = Tokek dalam bahasa Jawa.
#Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba GA di Blog Kinzihana.