Sms itu membakar mukanya . Keluar dari sarangmu ! Darahnya tiba-tiba bergolak. Sejurus kemudian ia berlari menyahut kunci yang tergeletak di atas meja, lalu tancap gas menembus hiruk pikuk jalanan. Deras hujan tak ia hiraukan. Air mengguyur apa saja melintas. Kilat berkelebat diantara mendung yang hitam.
Sampai di tikungan seorang bapak tua mengelus dadanya sambil mulutnya komat kamit menatap pantat motor yang mengepul . Hampir saja ia terserempet motor anak muda itu.
Rega hanya melihat sekilas, lalu tersenyum tipis. Dan kembali memutar gas lebih dalam , meninggalkan si bapak yang masih mengumandangkan doa doa keselamatan. Hanya satu tujuannya, lapangan Banteng.
“Gila ! mana anak itu ! “
Ia menyapu setiap sudut tapi tidak ditemukan seorangpun. Sejurus ia menunggu sosok yang mengirimkan sms. Sambil mengira-ira seberapa besar otot lelaki yang kelewat berani itu.ia rogoh saku celana belelnya, ambil hp. Dipelototinya tulisan di layar , jelas tertulis lapangan Banteng.
“Dasar gila !”
Celingukan, tetapi tak ada seorangpun tampak. Amarahnya ia tumpahkan pada putaran gas, menimbulkan bunyi yang maraung-raung memenuhi lapangan. Berpacu dengan suara hujan dan petir yang masih setia menjilati langit.
Lima belas menit berlalu, ia pun ber siap -siap pulang . Tetapi kemudian matanya terpaku pada satu sudut lapangan. dari sana muncul satu sosok. Hujan menghalangi pandangannya, tetapi Rega yakin, dialah si penantang bedebah itu. Ia meregangkang otot, tangannya sudah terasa gatal ingin memukul.
Sosok itu perlahan mendekat .Tiga depa di depan Rega ia membuka helm .
“Ibu !”pekik Rega.
“Pulanglah, lawanmu ada di rumah hatimu sendiri, ” wanita itu memeluk anak yang terkasih dengan segenap cinta yang ia punya..
Keren.... lanjutkan!
BalasHapus