Dengan nada bercanda
saya tanya anak-anak, “ Coba kamu hitung berapa butir siomey yang masuk ke perut kamu selama kamu bersekolah? Di SD
atau MI 6 tahun, MTs tiga tahun dan
nanti di SMK tiga tahun. Jadi ada dua belas tahun kamu makan siomey setiap hari. Coba kamu hitung juga
berapa liter saus kau habiskan dalam waktu yang sama?” Anak-anak menanggapi
dengan tertawa-tawa. Mereka tak sempat berfikir apa yang masuk dalam tubuh sendiri.
Otak yang sehat adalah investasi tak ternilai harganya.
Tetapi seringkali kita abai memelihara anugerah Tuhan yang satu ini. Kita
bahkan melupakan apa saja makanan yang
mendukung otak sehat, padahal di kelas
kita sudah menyampaikan pada para siswa
berbagai manfaat makanan dan kandungannya bagi tubuh termasuk organ yang sangat penting yaitu
otak. Alangkah baiknya jika ilmu yang sudah kita pahami kita terapkan dalam
menjaga pola makan sehari-hari.
Tentang makanan yang menyehatkan otak, marilah kita
tengok lagi kehidupan orang-orang Jepang di Okinawa yang tekenal berusia
terpanjang di seluruh dunia. Tetapi setelah Amerika menduduki Jepang pada usai
Perang Dunia Kedua, kira-kira tahun
1970-an, pola makan mereka berubah. Dari makan ikan sebagai makanan utama
berganti dengan makanan menu Barat yang banyak digoreng dengan minyak sayur.
Hasilnya mereka tak lagi nomor satu, tapi hanya menduduki peringkat kelima
dalam hal panjang umur. Para peneliti menyatakan bahwa menu baratlah pemicunya.
Dalam menu Barat tidak ada keseimbangan antara omega-6 dan omega-3. Perbandingan yang
tepat adalah 1:1. Sedangkan pada makanan modern yang sering dikonsumsi
anak-anak sekarang perbandingannya jauh dari seimbang, dari 20 sampai 50
banding berbading satu, begitu penulis kutib dari buku Belajar Cerdas karangan Jalaluddin Rakhmat.
Dalam buku itu juga diilustrasikan bagaimana nasib otak
yang terus diasupi dengan omega-6. Mengasup makanan yang banyak mengandung
omega-6 tanpa mengimbanginya dengan makanan yang mengandung omega-3 dapat menimbulkan “kebakaran”
pada sel-sel otak. Seperti pembakar hutan, omega-6 dapat menyiramkan sejenis “
bensin” yang bernama asam arakidonik. Pada akhirnya asam ini akan menyalakan glutamate,
neotransmiter yang meluaskan pembakaran “hutan” sel otak secara berantai, dalam
proses yang disebut excitotoxicity. Makin lama pembakaran itu berlangsung maka makin
banyak kerusakan pada otak kita.
Akibatnya otak mengalami penurunan. Sederet penurunan dan
gangguan mental yang dapat terjadi adalah : mudah depresi, ingatan yang jelek,
kecerdasan yang rendah, kelemahan belajar, disleksia, tidak bisa menaruh perhatian,
skozrofenia, pikun, penyakit Alzheimer, penyakit syaraf degenerative, kurang
konsentrasi, gampang tersinggung, melakukan agresi dan kekrasan, dan bunuh
diri.
Mari kita ingat lagi makanan yang mengandung omega-6 sebagai
perusak otak dan omega-3. Keduanya baik
untuk otak, kita hanya perlu menyeimbangkannya dengan bijak. Omega-6 terdapat
pada : jagung, kedelai, serela, telur, kebanyakan minyak goreng dan makanan
cepat saji. Omega-3 terkandung dalam
ikan-ikan laut seperti tuna, salmon, lemuru ( ikan asli Indonesia yang berharga
murah) dan mackerel. Juga dari sumber
makanan darat seperti sayuran hijau, daging kerbau, kacang-kacangan, minyak
zaitun dan minyak ikan. Untuk menyehatkan otak baiknya kita tambahkan dengan
makanan yang kaya antioksidan seperti buah-buahan yang berwarna cerah.
Betapa banyak variasi bahan makanan yang dapat kita pilih
untuk mendukung otak tetap sehat. Berjalanlah di pasar-pasar tardisional pasti
akan kita dapati sumber makanan yang begitu berlimpah dengan harga yang murah. Tanah
air kita ini, bagaikan surge bagi pecinta makanan alami.
Bila kita sadari bahwa makan bukan sekedar memasukkan
makanan ke mulut, tetapi memberikan asupan pada otak kita, maka perlahan arah
kita menuju pola makan yang sehat dapat kita jalani. Mungkin sekali lidah kita
sudah termanjakan dengan merasakan makanan yang berbumbu instan dan tajam. Atau
sudah terlanjur suka gorengan yang renyah.
Juga makan bertepung yang hangat diguyur saus yang menggoda. Sedang para siswa
biasanya sudah jatuh cinta pada menu Barat seperti burger, hotdog atau fried chiken.
Tetapi apa kita bisa membayangkan betapa rendahnya
kualitas mereka sepuluh tahun atau dua puluh tahun ke depan jika kita tidak
berhijrah pada pola makan sehat. Generasi bisa menjadi sehat jika berbekal
makanan yang sehat. Guru yang mempunyai otak dan sikap mental yang baik terjadi
karena unsur makanan yang diasupnya sehat. Setiap suap yang kita msukkan ke
mulut akan menjadi bahan nutrisi otak atau sebaliknya menjadi penyerang bagi
otak, kitalah yang menentukan. Agama menganjurkan, pilihlah makanan yang (
bukan hanya) halal tetapi juga yan baik. Artinya mengandung cukup nutrisi dan
tidak merusak tubuh.
Betapa menyenangkannya jika nanti di hari tua kita masih
bisa tersenyum bahagia dengan emosi yang masih stabil, dengan mental positif
yang masih terjaga karena jarang
menderita depresi. Betapa bermaknanya jika di masa tua kita masih bisa memberikan
kontribusi pada masyarakat dengan karya- karya kita yang berupa tulisan ataupun
gagasan.Semua itu akan tercapai jika kita memperhatikan isi piring kita mulai
saat ini.
#tantangan_menulis_70_hari
Postingan ini sangat berarti. Mengedukasi dan memotivasi agar hidup sehat. Sekaligus mengubah pola makan agar hijrah ke pola makan yang benar.
BalasHapus