Social Icons

Pages

Sabtu, 11 Juni 2022

BELAJAR SEPANJANG HAYAT

 

 




Suatu saat seorang teman lama mengirimkan buku yang covernya menghiasi halaman ini ke rumah. Teman kala di Madrasah Aliyah.  Satu atap tapi beda jurusan. Meski begitu saya tak mengenal secara pribadi kala itu. Syukurlah beberapa tahun ini kami bertemu di dunia maya dan beliau mengirimkan buku karyanya melalui kurir.

 

 

Bangga mempunyai teman yang begitu piawai dan produktif. Buku itu adalah kumpulan tulisan- tulisannya di berbagai media masaa yang kebanyakan adalah media cetak di Klaimantan Timur. Ya, teman saya sekarang bekerja di Balai Bahasa Provinsi Kalimanaan Barat.

 

Saya baca Biodata Penulis di halaman paling belakang. Di sana saya temukan  kemewahan dalam perjalanan karir dan pendikan beliau  sehubungan dunia kepenulisan. Begitu runtut, begitu urut dan begitu saling terkait erat perjalanan dari jenjang pendidikan yang satu ke satunya. Tahun demi tahun karir di dunia kepenulisan itu terbentuk hingga kini beliau mantap bekerja yang sangat erat dengan dunia kepenulisan.

Sejenak  saya  merenung , lalu menyandingkan  dengan perjalanan saya sendiri. Sekali lagi menyandingkan, bukan membandingkan. Mana berani saya membandingkan skenario terindah dari  Allah untuk hambaNya.

 

Tahun 1991, saya lulus dari sekolah yang seatap dengan beliau, MA Al Muayyad Solo. Mengikuti tes di IAIN Suka dan mengambil jurusan ADAB. Satu kampus yang beliau masuki  ,  tetapi pada tahun yang berbeda. Jika beliau lulus tahun 1999 berarti kira-kira tahun 1994 beliau mengijakkan kaki di fakultas Adab yang terletak di sebelah timur auditorium IAIN Suka. Gedung dua lantai dengan kursi-kursi kayu yang terkesan jadul itu tak mampu membuat saya berlama-lama di sana. Itulah bedanya saya dengan beliau yang pasti sangat menikmati pendidikan di fakultas yang mempunyai jurusan SKI dan Sastra Arab itu. Mungkin saya keliru  mengambil jurusan Sastra Arab waktu itu, terlalu tinggi.

Keluar dari   IAIN saya mondar mandir mencari pekerjaan. Saat- saat keprihatinan itu beberapa artikel dan cerpen saya sempat mendapat sambutan baik oleh majalah lokal. Dunia kepenulisan kembali saya tekuni demi honor yang ingin saya dapat.

 

 

Akhirnya satu tahun berselang saya masuk kampus baru di AMS Solo mengambil jurusan Manajemen Perusahaan . Lulus dengan gelar AMd pada tahun 1995. Tiga tahunmengutak atik materi kuliah tentang ekonomi pastilah saya telah mengalami amnesia tentang dunia kepenulisan. Dan saya yakin saat itu beliau Profesor sedang asyik asyiknya mengembangakn bakat menulisnya yang kian hari kita melejit.

 

 

Usai memperoleh gelar AMd saya kembali terpaku di rumah, bertanya-tanya ke mana kaki akan saya langkahkan. Pada kegelisahan itu beberapa artikel dan ceroen kembali disambut gembira oleh majalan lokal. Hingga tahun 1998 saya diberikan anugerah menjadi staf TU di sebuah madrasah.

 

Pada tahun 2004, saat beliau menamatkan pendidikan S-2nya di IAIN  saya sedang berkutat dengan tak,tik, tak,tik, mengetik di kantor TU di sebuah madrasah sebagai staff TU.

 

 

Pada tahun  2006  kala beliau membukukan penelitiannya Transliterasi Khulosah Siroh al-Muahammadiyah, Seruan Islam Karya Maharaja Imam Sambas Muhammad Basuni  karya  Imran, saya berkutat dengan angka-angka sebagai bendahara madrasah. Dan kebosanan dengan angka itu berakhir kala saya masuk ke UNWIDHA, menamatkan DIII ekonomi dulu agar menjadi S1 tetapi pindah jurusan ke ranah Ilmu Kependidikan Geografi.

 

Dalam waktu luang yang membosankan di kantor TU saya kembali teringat bahwa saya suka menulis. Saya kirim beberapa cerpen dan lolos redaksi majalah intern kementrian agama Jawa Tengah. Satu satunya cerpen yang masuk ke Harian Solopos membuat  makin semangat menulis bersemi lagi.

 

 

Pada tahun 2008, 2010 dan 2011 saat buku-buku  antologi beliau terbit dan artikel artikel cerdas banyak beliau lahirkan saya sibuk mempersiapkan karir sebagai guru di sekolah yang baru.  Di awal –awal pindah tempat kerja ada kesepian yang begitu dalam karena  berada di madrasah  yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan tempat kerja yang  lama. Ingatan untuk menulis kembali hadir, saya  mencoba membuat artikel dan cerpen, tetapi saya amati dunia kepenulisan sudah sangat ramainya. Banyak penulis yang hebat bermunculan membuat saya tak berselera menampilkan karya.

 

Kesepian itu usai ketika saya harus mengajar dua sekolah untuk memenuhi jam sertifikasi. Hingga beberapa tahun yang lalu, ketika beliau mengirimkan buku itu ke rumah, saya masih belum percaya diri untuk menulis lagi. Sempat masuk ke beberapa grup penulis di facebook tetapi justeru rasa minder itu kian memaksa saya  agar  diam saja tanpa karya. Pernah ikut menyelipkan tulisan di beberapa buku antologi bersama teman-teman yang  bisa sedikit menarik saya dalam ingatan tentang dunia kepenulisan.

 

 

Kini, ketika  saya baca karya beliau yang begitu hebat saya menyadari bahwa untuk menjadi hebat membutuhkan jalan panjang yang saling berkaitan. Dunia kepenulisan yang telah beliau raih adalah hadiah yang sangat pantas bagi kerja keras dan profesionalitas yang beliau perjuangkan. Sedangkan saya, hanya menjadikan dunia kepenulisan sebatas hoby yang saya kunjungi  untuk menghibur hati dan meninggalkannya kala kesibukan datang. “Suka” saja tidak cukup, passion harus diperjuangkan terus menerus.

 

Mungkin ada yang bernasib seperti saya , memulai menulis di usia yang tak muda lagi, tetaplah semangat. Sebab kemauan dan kemampuan meski sesederhana apapun adalah anugerah Allah yang layak kita syukuri dengan terus mengasahnya. Salam literasi.

 ( Revisi dari tulisan Saya, Buku dan Teman Lama)

 naskah_ke_15

tantangan_menulis_70_hari

 

 

 

 

 

 

 

1 komentar:

  1. Semangat menulis, usia boleh menua tetapi semangat semakin membara. Salam literasi

    BalasHapus

 

Sample Text