Suatu saat seorang teman lama mengirimkan buku yang
covernya menghiasi halaman ini ke rumah. Teman kala di Madrasah Aliyah. Satu atap tapi beda jurusan. Meski begitu saya tak mengenal secara pribadi kala itu. Syukurlah beberapa tahun ini kami bertemu di
dunia maya dan beliau mengirimkan buku karyanya melalui kurir.
Bangga mempunyai teman yang begitu piawai dan produktif.
Buku itu adalah kumpulan tulisan- tulisannya di berbagai media masaa yang
kebanyakan adalah media cetak di Klaimantan Timur. Ya, teman saya sekarang
bekerja di Balai Bahasa Provinsi Kalimanaan Barat.
Saya baca Biodata Penulis di halaman paling belakang. Di sana
saya temukan kemewahan dalam perjalanan
karir dan pendikan beliau sehubungan
dunia kepenulisan. Begitu runtut, begitu urut dan begitu saling terkait erat
perjalanan dari jenjang pendidikan yang satu ke satunya. Tahun demi tahun karir
di dunia kepenulisan itu terbentuk hingga kini beliau mantap bekerja yang
sangat erat dengan dunia kepenulisan.
Sejenak saya merenung , lalu menyandingkan dengan perjalanan saya sendiri. Sekali lagi
menyandingkan, bukan membandingkan. Mana berani saya membandingkan skenario terindah
dari Allah untuk hambaNya.
Tahun 1991, saya lulus dari sekolah yang seatap dengan
beliau, MA Al Muayyad Solo. Mengikuti tes di IAIN Suka dan mengambil jurusan
ADAB. Satu kampus yang beliau masuki , tetapi pada tahun yang berbeda. Jika beliau
lulus tahun 1999 berarti kira-kira tahun 1994 beliau mengijakkan kaki di fakultas
Adab yang terletak di sebelah timur auditorium IAIN Suka. Gedung dua lantai
dengan kursi-kursi kayu yang terkesan jadul itu tak mampu membuat saya
berlama-lama di sana. Itulah bedanya saya dengan beliau yang pasti sangat
menikmati pendidikan di fakultas yang mempunyai jurusan SKI dan Sastra Arab itu.
Mungkin saya keliru mengambil jurusan
Sastra Arab waktu itu, terlalu tinggi.
Keluar dari IAIN saya mondar mandir mencari pekerjaan.
Saat- saat keprihatinan itu beberapa artikel dan cerpen saya sempat mendapat
sambutan baik oleh majalah lokal. Dunia kepenulisan kembali saya tekuni demi
honor yang ingin saya dapat.
Akhirnya satu tahun berselang saya masuk kampus baru di
AMS Solo mengambil jurusan Manajemen Perusahaan . Lulus dengan gelar AMd pada
tahun 1995. Tiga tahunmengutak atik materi kuliah tentang ekonomi pastilah saya
telah mengalami amnesia tentang dunia kepenulisan. Dan saya yakin saat itu
beliau Profesor sedang asyik asyiknya mengembangakn bakat menulisnya yang kian
hari kita melejit.
Usai memperoleh gelar AMd saya kembali terpaku di rumah,
bertanya-tanya ke mana kaki akan saya langkahkan. Pada kegelisahan itu beberapa
artikel dan ceroen kembali disambut gembira oleh majalan lokal. Hingga tahun
1998 saya diberikan anugerah menjadi staf TU di sebuah madrasah.
Pada tahun 2004, saat beliau menamatkan pendidikan S-2nya
di IAIN saya sedang berkutat dengan tak,tik, tak,tik, mengetik di kantor TU
di sebuah madrasah sebagai staff TU.
Pada tahun
2006 kala beliau membukukan
penelitiannya Transliterasi Khulosah
Siroh al-Muahammadiyah, Seruan Islam Karya Maharaja Imam Sambas Muhammad
Basuni karya Imran, saya berkutat dengan angka-angka
sebagai bendahara madrasah. Dan kebosanan dengan angka itu berakhir kala saya
masuk ke UNWIDHA, menamatkan DIII ekonomi dulu agar menjadi S1 tetapi pindah
jurusan ke ranah Ilmu Kependidikan Geografi.
Dalam waktu luang yang membosankan di kantor TU saya
kembali teringat bahwa saya suka menulis. Saya kirim beberapa cerpen dan lolos
redaksi majalah intern kementrian agama Jawa Tengah. Satu satunya cerpen yang
masuk ke Harian Solopos membuat makin semangat
menulis bersemi lagi.
Pada tahun 2008, 2010 dan 2011 saat buku-buku antologi beliau terbit dan artikel artikel
cerdas banyak beliau lahirkan saya sibuk mempersiapkan karir sebagai guru di sekolah
yang baru. Di awal –awal pindah tempat
kerja ada kesepian yang begitu dalam karena
berada di madrasah yang jauh
lebih kecil dibandingkan dengan tempat kerja yang lama. Ingatan untuk menulis kembali hadir,
saya mencoba membuat artikel dan cerpen,
tetapi saya amati dunia kepenulisan sudah sangat ramainya. Banyak penulis yang
hebat bermunculan membuat saya tak berselera menampilkan karya.
Kesepian itu usai ketika saya harus mengajar dua sekolah
untuk memenuhi jam sertifikasi. Hingga beberapa tahun yang lalu, ketika beliau
mengirimkan buku itu ke rumah, saya masih belum percaya diri untuk menulis
lagi. Sempat masuk ke beberapa grup penulis di facebook tetapi justeru rasa
minder itu kian memaksa saya agar diam saja tanpa karya. Pernah ikut menyelipkan
tulisan di beberapa buku antologi bersama teman-teman yang bisa sedikit menarik saya dalam ingatan
tentang dunia kepenulisan.
Kini, ketika saya baca
karya beliau yang begitu hebat saya menyadari bahwa untuk menjadi hebat
membutuhkan jalan panjang yang saling berkaitan. Dunia kepenulisan yang telah
beliau raih adalah hadiah yang sangat pantas bagi kerja keras dan
profesionalitas yang beliau perjuangkan. Sedangkan saya, hanya menjadikan dunia
kepenulisan sebatas hoby yang saya kunjungi
untuk menghibur hati dan meninggalkannya kala kesibukan datang. “Suka” saja
tidak cukup, passion harus diperjuangkan terus menerus.
Mungkin ada yang bernasib seperti saya , memulai menulis
di usia yang tak muda lagi, tetaplah semangat. Sebab kemauan dan kemampuan
meski sesederhana apapun adalah anugerah Allah yang layak kita syukuri dengan
terus mengasahnya. Salam literasi.
Semangat menulis, usia boleh menua tetapi semangat semakin membara. Salam literasi
BalasHapus