Social Icons

Pages

Sabtu, 11 Juni 2022

BERPACU DENGAN WAKTU

 

Ibu Ajeng  masuk kelas sambil membawa toples kaca yang lumayan besar di tangan kanannya sedang tangan kirinya tertenteng kantung plastik. Ketika dibongkar  tampaklah isinya; ada batu-batu yang cukup besar, kerikil, pasir dan air.  Bu Ajeng mengakat toples    agar para siswa bisa melihat, “Ini toples masih kosong ya anak-anak, kita akan mengisinya sampai penuh. “

 

Ia lalu mengisi toples itu dengan batu besar sampai penuh, lalu menanyakan pada anak-anak, “ Apakah toples ini sudah penuh? “ .

“ Iya Bu, sudah penuh dengan batu besar.”

Ibu Guru itu kembali mengisi toples dengan kerikil lalu mengguncangnya sehingga kerikil itu memasuki celah-celah diantara batu-batu besar. Kembali ia bertanya, “ Apakah sekarang sudah penuh? “

Anak-anak menjawab sambil tersipu, “ Iya, lebih penuh.”

Ibu Guru menurunkan toples dan mengisinya lagi. Kali ini ia mengambil pasir lalu menuangkan  dalam mulut toples sampai semua pasir mengisi sisa ruang dalam toples. “ Apakah ini sudah penuh? “ kembali ia bertanya.

“Penuuuh, “ Jawab anak-anak sambil tertawa, ternyata  masih saja tersisa ruang di toples.

Masih ada air yang ada di atas meja. Ibu Guru itu kembali memasukkan air sampai air itu meresap ke dalam pasir. “ Apakah toples ini benar-benar penuh? “

“ Iya Buuuu, sekarang benar-benar penuh,” Jawab anak-anak serentak sambil dalam hati bertanya untuk apa Bu Ajeng mengisi toples dengan semua itu.

 

 

 

Ilustrasi di atas  terinspirasi dari buku First Things First ( Dahulukan Yang Utama) karya Stephen R. Covey dkk. Waktu adalah modal terbesar manusia. Dari rentang waktu yang panjang sejak lahir sampai meninggal ada banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Dalam waktu itu kita bisa memilih aktivitas seribu satu macam, dari yang paling paling bermanfaat   sampai  aktivitas yang membawa kerugian. Wajar jika Allah mengingatkan dengan tegas. “ Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali mereka yang berbuat baik, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.”

 

Sayangnya seringkali kita kurang bisa menghargai waktu. Kadangkala saya terjebak berjam-jam di sebuah ruang rapat, hanya karena mereka kurang menghargai waktu. Saya diundang jam 08.00 seperti tertulis dalam surat undangan, namun ketika jam 08.00 tepat saya sampai di ruang tersebut belum seorangpun  tampak. Bahkan panitia pengundang  masih belum selesai membenahi  tempatnya. Akhirnya saya menunggu sampai pukul 10.00 dan saat itu rapat baru dimulai. Siapa yang dapat mentolelir keteledoran seperti ini. Tetapi apa daya, hal ini seing terjadi. Tak hanya di kantor-kantor yang megah tetapi menelusup sampai ke kampung-kampung. Rupanya budaya mengulur waktu belum jua beranjak dari negeri tercinta ini.

 

Apakah  agar produktif kita mesti membuat daftar panjang untuk memenuhi jadwal kita? Waktu dan produktifitas memang tak terpisahkan. Kita bisa produktif dengan pekerjaan atau berbagai karya jika tersedia waktu yang cukup. Tetapi kita  tak harus memenuhi jadwal seharian kita dengan daftar yang begitu panjang . Justeru karena waktu yang  tersedia terbatas, maka sebaiknya kita memilih kegiatan yang penting untuk dilaksanakan.

 

Dalam ilustrasi toples di atas kegiatan yan paling penting ( prioritas ) jika kita lakukan dan tercapai maka hidup dapat  berjalan baik. Seperti bekerja, belajar, beribadah dan menjaga kesehatan.   Hidup kita sangat terdukung dengan kegiatan penting tersebut. Setelah itu barulah kita menjalani hal-hal yang mendukung lainnya,  berupa kegiatan yang cukup penting, seperti menjalin pertemanan , belajar pengetahun baru dan lainnya sesuai dengan target yang kita tetapkan. Barulah terakhir kita lakukan hal hal yang kurang penting tetapi jika kita lakukan maka hidup kita akan berwarna, seperti menambah  pertemanan di sosial media, berlanja baju atau mengunjungi tempat yang kita suka. Urutan setiap kegiatan berbeda untuk setiap orang. Maka urutan itu bisa naik atau turun sesuai impian orang tersebut, “ ingin menjadi seperti apa yang mereka targetkan.”

 

Dengan pengurutan tersebut kita mencegah terjadinya   kelelahan karena sibuk seharian dengan aktivitas yang padat tetapi ketika kita menyadarinya ternyata aktivitas yang kita lakukan tak begitu mendukung cita-cita atau tujuan.  Lakukan hanyalah hal-hal yang mendekatkan pada tujuan yang telah kita tetapkan. Kalau sudah begitu tak aka nada waktu terbuang misalnya  hanya untuk membicarkan urusan orang lain di sela-sela kita bekerja. Atau menscroll scroll media social hanya sekedar untuk melihat lihat status orang –orang.

 

 naskah_ke_14

 tantangan_menulis_70_hari

 

 

 

 

 

 

 

 

2 komentar:

 

Sample Text