Social Icons

Pages

Sabtu, 25 Juni 2022

BEKERJALAH DENGAN SEPENUH HATI

 

Hidup akan terasa indah dan bermakna  jika kita dapat menghasilkan karya. Seorang ibu yang berhasil memasak enak hingga anaknya merindukan masakannya ia akan merasakan makna dalam hidupnya. Seorang penulis yang baru saja selesai menerbitkan sebuah  buku akan berpendarlah rasa bahagia dalam hatinya. Seorang petani yang melihat padi menguning dalam hatinya berbuncah rasa syukur. Hasil dari suatu usaha selalu menimbulkan rasa bermakna. Karena itu memasak yang menghasilkan hidangan menjadi sangat menyenangkan bagi seorang koki, menulis menjadi kegiatan penuh makna bagi seorang penulis dan tentu saja mengajar menjadi hal yang menggairahkan  bagi seorang guru.

 

 

Jika ada guru yang kurang bergairah dalam mengajar kemungkinan besar ia belum klik dengan profesinya. Kita maklum banyak guru di negeri kita ini yang berasal dari lemparan nasib, misal inginnya  menjadi manajer tetapi karena tidak kesampaian maka ia menjadi guru. Ada yang  bercita- cinta menjadi pejabat pemerintah tetapi karena tidak ada peluang maka ia “terpaksa” menjadi guru. Seakan menjadi guru itu suatu profesi yang mudah didapat, maka orang beramai –ramai menjadi guru.

 

“Wajar  kalau aku tak bergairah, lha itu bukan passionku, “  Tak layak kita mengatakan seperti itu. Guru adalah profesi  pilihan,  terlepas dari mana kita berasal dan bagaimana kita awal mulanya memlilih profesi ini, tetapi ketika sudah terjun ke dunia guru maka kita harus menjalankan profesi dengan penuh totalitas.

 

Sesungguhnya Allah senang apabila salah seorang diantara kamu mengerjakan suatu pekerjaan, bila ia mengerjakan dengan baik. ( Hadist)

 

 

Manusia dibekali punya tiga kekuatan untuk berkarya:  kekuatan fisik untuk mengerjakan karya yang membutuhkan otot yang kuat, Kekuatan pikir untuk  mendorong pemiliknya untuk menghasilkan pengetahuan. Dan kekuatan kalbu, yang menjadikan manusia  mampu merasakan  keindahan, berimajinasi, berima serta beribadah  kepada  penciptanya.

 

Setiap ranah punya jatah tersendiri. Ranah kita adalah olah pikir, jadi tingkatkan pengetahuan kita sepanjang waktu. Sangat menguntungkan jika kita terus mengasah otak dengan menambah perbedaraan ilmu , kususnya ilmu yang menjadi bidang kita. Makin kaya ilmu makin leluasa kita membahasnya di depan para siswa. Dan tentu makin membuat kita betah berlama-lama di kelas.

Sebagaimana orang yang mendaki gunung pengetahuan , ketika kita sudah mencapai lereng yang paling tinggi pandangan kita menjadi makin luas. Dari sekian macam kenikmatan, kenikmatan memiliki ilmu adalah kenikmatan tertinggi. Kita ingat  di waktu kanak-kanak   menangis ingin memiliki  mainan karena mainan itulah kenikmatan yang kita dambakan. Setelah remaja  maka kenikmatan bersosialisasi dengan teman-teman hadir sebagai kenikmatan yang ingin kita penuhi.

Ketika dewasa kita membutuhkan uang ataupun status di masyarakat untuk memenuhi kenikmatan sebagai “orang.” Nah di masa itu ilmu merupakan kenikmatan non materi yang didambakan oleh semua jenjang usia. Lihatlah, bagaimana seorang anak bersemangat ketika menceritakan mainannya, memperagakan bagaimana ia menjaga dan memperbaiki kala mainan itu rusak. Betapa bersemangatnya kala ia menceritakan jagoannya yang ia tonton di sebuah film laga. Itu semua adalah pengetahuan tentang sesuatu dan ia merasa sangat menikmatinya. Begitupun seorang ibu akan  bersemangat meneceritakan bagaimana ia menemukan resep masakan yang baru. .  Pun kita akan bersemangat untuk mengurai ilmu pengetahuan, membahas dan menambahnya dengan aplikasi di kehidupan sehari-hari.

Berbagai macam motivasi tertanam dalam benak orang yang bekerja. Ia bisa termotivasi oleh uang, status sosial, kekuasaan, kepuasan batin dan juga motivasi  pengabdian. Motivasi uang memandang pekerjaan adalah sarana untuk kaya, maka ia akna matu-matian bekerja sepanjang waktu untuk mengumpulkan uang. Ia juga sangat menutut gaji atau honor yang dibayarkan untuknya, kurang seberapa rupiah saja ia akan memprotes. Kurang tepat waktu sedikit saja ia akan gundah, kapan gajian datang.  Jika ia sportif ia akan meningkaykan kualitas cara kerjanya agar mendapatkan uang yang lebih banyak, namun bila ia seorang pemalas ia hanya bekerja asal-asalan dengan mengaharapak gaji tinggi dan tepat waktu.

Status sosial juga bisa mendorong orang untuk bekerja. Kehormatan di masyarakat kala ia dipanggi sebagai  “Pak Guru atau Bu Guru” membuat ia bertahan untuk tetap bekerja sebagaimana profesi guru dijalani. Ia menjaga sepenuh hati agar profesinya tidak hilang. Maka orang yang punya motivasi ini mudah depresi kala purna tugas, dimana ia tak lagi dihormati masyarakat sebagai mana sebelum ia purna tugas.

Motivasi selanjutnya adalah kekuasaan, apa sih yang bisa dicapai oleh guru dalam hal kekuasaan? Hamper tidak ada, guru tak punya jalur-jalur yang mengarah ke sana. Paling tinggi menjadi pejabat setelah ia alih fungsi.

 

Motivasi yang lebih langgeng adalah kepuasan batin. Panggilan jiwa bahwa dengan mengajar ia merasa bahagia. Seorang guru yang ditempatkan di daerah terpencil , jauh dari akses dan fasilitas memadai namun ia merasa bahagia adalah dampak dari motivasi kepuasana batin. Ia akan mengabdi sepenuh hati. Lebih lengkap lagi jika kepuasana batin itu kita hubungkan dengan ibadah atau pengadian kepada Allah. Pengabdian yang tulus menguatkan daya tahan kala menghadapi hambatan. Misal kegagalan dalam mendidik siswa, bagi seorang pencari kepuasan batin ia akan merasa kecewa merasa dirinya tak maksimal. Alangkah baiknya kalau ia melengkapi motivasi itu dengan niat pengabdian pada Allah. Rasa kecewa tentu ada tetapi ia tetap dapat menghargai usahanya selama ini . tak hanya hasil, ia akan melihat proses yang telah ia tempuh, lalu mensyukuri anugerah itu. Sebagaimana ikrarnya dalam shalat :

 

Sesungguhnya sahalatku, ibadahku,hidup dan matiku semua hanyalah untuk Allah, pemelihara seluruh alam.


naskah_ke_21

tantangan_menulis_70_hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample Text