Lihatlah kala pagi hari, semua sibuk mempersiapkan diri. Jam jam weker atau alarm di gawai berdering-dering. Semua orang cepat-cepat bangun pagi. Matahari berseri, menyapa embun yang menunggunya dari tadi malam. Konon embun adalah pertanda malaikat sedang membagi-bagi rezeki. Ibadah subuh sudah diteggakkan sejak adzan berkumbandang di dini hari yang gelap tadi, usai ayam jantan berkokok sahut menyahut. Ibu – ibu sibuk di dapur menyiapkan makan pagi, para bapak mengontrol kendaraan yang akan dipakai mengantar putra putri mereka. Para siswa sibuk menata jadwal. Sedangkan bapak ibu Guru bersiap –siap pula ke sekolah, mengabdi untuk negeri, menyiapkan generasi.
Suatu saat Rasululloh mendapati putrinya yang bernama
Fatimah belum bangun, maka beliau berkata.” Wahai
anakku, bangunlah. Saksikan rezeki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai, karena Allah memberi rezeki kepada hambaNYa antara terbit fajar dengan terbit matahari. (
HR. Imam Ahmad dan Al Baihaqi).
Syarat pertama menjadi guru harus bisa bangun pagi
secara rutin. Bila kita sudah bisa melakukannya, syukurlah. Jadikan kebisaan kita ini sebagai pemantik semangat sepanjang hari. Pagi hari, kala embun masih
bertaut di daun-daun adalah saat yang
paling mustajab untuk berdoa. Memohon kepada Tuhan agar semua yang kita
jalankan selama satu hari nanti mendapakan keberkahan. Para ahli syaraf telah
mengatakan bahwa pada saat pagi otak cenderung waspada dan siap untuk diajak
beraktivitas. Siswa siap belajar, guru siap memulai proses mengajarnya dengan
keadaan segar.
Lihatlah, agama apapun mempunyai doa yang dibaca kusus
di waktu pagi. Dalam doa itu kita memohon keberkahan rezeki yang dibagikan pada waktu pagi hari. Alangkah
baiknya jika doa yang sudah rutin kita
ucapkan itu benar-benar merasuk ke dalam hati. Doa yang merasuk dalam hati membentuk
niat yang tertancap kuat. Apakah kita menyadari bagaimana seseorang yang akan
berpuasa diwajibkan niat pada malam harinya sebelum fajar menyingsing? Puasa adalah
ibadah yang memerlukan kesiapan tubuh dan hati. Pasti tak akan terlaksana sempurna
jika hati belum kuat dan tubuh belum siap. Nah, niat mengkompakkan seluruh bagian tubuh kita untuk berkata “ya,” pada puasa. Begitu pula doa yang kita
panjatkan pagi hari, penuh kata-kata optimis yang akan menjadi niat kuat
sepanjang hari. Jika hati telah bertekad maka tubuh akan mendukung sepenuhnya.
Mari amati embun yang siap menemani daun-daun untuk
memulai berfotosintesis, menyiapkan energi untuk daun, batang dan pokok pohon.
Lihat burung-burung yang bersiap siap terbang dengan perut kosong dan kembali
nanti dengan perut kenyang. Saksikan matahari, sumber energi raksasa yang siap
memasok panas dan sinarnya pada bumi. Panasnya menghangat kala pagi, mengeringkan
kala siang dan memberikan rasa damai kala senja hari. Sinarnya mengandung
berbagai manfaat bagi tubuh manusia . Pun bagi hewan dan tumbuhan. Dengan
matahari semua merasa terberi. Sinar matahari yang menerpa tubuh kita dapat
merangsang terbentuknya vitamin D. Juga bisa memicu terbentuknya hormon
serotonin yang mengatur suasana hati ( mood) seseorang. Kadar serotonin yang
tinggi dapat meningkatkan rasa focus, membangun mental yang positif dan menjaga
agar mood tetap baik. Inilah yang dalam hadits di atas disebut dengan
“keceriaan.” Bukan hanya itu, sinar matahari pagi juga merangsang tubuh untuk
mengeluarkan endorfin, hormon anti
depresi. Endorfin dalam jumlah yang cukup menopang pemiliknya agat tak mudah
jatuh dalam kemurungan.
Guru adalah profesi yang penuh dengan semangat berbagi.
Awali pagi dengan afirmasi berbagi , “ aku akan
berbagi dengan tulus pada siswa dan masyarakat sepanjang hari ini.”
Dengan begitu pintu rezeki yang belimpah telah kita buka.
Bila kita telah rutin bangun pagi maka kita bagai
seorang pelari yang berada di pangkal lintasannya sejak dini. Ia telah
memanaskan kaki , mengatur nafas
dan memperkirakan kecepatan larinya. Sebaliknya orang yang tak bangun pagi
bagai pelari yang datang ketika
peluit wasit tinggal satu detik ditiup. Otot-otot kakinya belum ia latih,
tubuhnya masih beraroma bantal dan otaknya belum siap untuk memulai aktivitas.
Renyah dan komunikatif...salam literasi
BalasHapusAlhamdulilah dikunjungi ibu guru cerdas dan inovatif. Salam literasi kembali
HapusAlhamdulillah..
BalasHapusSelalu ku nanti torehan pena Ibu Rohati..
Terimakasih telah berkunjung Ibu Dwi , hehe
HapusBu Rohati memang oke dalam.bermain kata .
BalasHapusTerimakasih kunjunganya Ibu😊
Hapus