Ibu Ajeng masuk
kelas sambil membawa toples kaca yang lumayan besar di tangan kanannya sedang
tangan kirinya tertenteng kantung plastik. Ketika dibongkar tampaklah isinya; ada batu-batu yang cukup
besar, kerikil, pasir dan air. Bu Ajeng
mengakat toples agar para siswa bisa melihat, “Ini
toples masih kosong ya anak-anak, kita akan mengisinya sampai penuh. “
Ia lalu mengisi toples itu dengan batu besar sampai
penuh, lalu menanyakan pada anak-anak, “ Apakah toples ini sudah penuh? “ .
“ Iya Bu, sudah penuh dengan batu besar.”
Ibu Guru itu kembali mengisi toples dengan kerikil lalu
mengguncangnya sehingga kerikil itu memasuki celah-celah diantara batu-batu
besar. Kembali ia bertanya, “ Apakah sekarang sudah penuh? “
Anak-anak menjawab sambil tersipu, “ Iya, lebih penuh.”
Ibu Guru menurunkan toples dan mengisinya lagi. Kali ini ia
mengambil pasir lalu menuangkan dalam mulut toples sampai semua pasir
mengisi sisa ruang dalam toples. “ Apakah ini sudah penuh? “ kembali ia
bertanya.
“Penuuuh, “ Jawab anak-anak sambil tertawa, ternyata masih saja tersisa ruang di toples.
Masih ada air yang ada di atas meja. Ibu Guru itu
kembali memasukkan air sampai air itu meresap ke dalam pasir. “ Apakah toples
ini benar-benar penuh? “
“ Iya Buuuu, sekarang benar-benar penuh,” Jawab
anak-anak serentak sambil dalam hati bertanya untuk apa Bu Ajeng mengisi toples
dengan semua itu.
Ilustrasi di atas terinspirasi
dari buku First Things First ( Dahulukan Yang Utama) karya Stephen R.
Covey dkk. Waktu adalah modal terbesar manusia. Dari rentang waktu yang panjang
sejak lahir sampai meninggal ada banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Dalam
waktu itu kita bisa memilih aktivitas seribu satu macam, dari yang paling paling
bermanfaat sampai aktivitas yang membawa kerugian. Wajar jika
Allah mengingatkan dengan tegas. “ Sesungguhnya
manusia berada dalam kerugian.
Kecuali mereka yang berbuat baik, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.”
Sayangnya seringkali kita kurang bisa menghargai waktu.
Kadangkala saya terjebak berjam-jam di sebuah ruang rapat, hanya karena mereka
kurang menghargai waktu. Saya diundang jam 08.00 seperti tertulis dalam surat
undangan, namun ketika jam 08.00 tepat saya sampai di ruang tersebut belum
seorangpun tampak. Bahkan panitia
pengundang masih belum selesai membenahi
tempatnya. Akhirnya saya menunggu sampai
pukul 10.00 dan saat itu rapat baru dimulai. Siapa yang dapat mentolelir
keteledoran seperti ini. Tetapi apa daya, hal ini seing terjadi. Tak hanya di
kantor-kantor yang megah tetapi menelusup sampai ke kampung-kampung. Rupanya
budaya mengulur waktu belum jua beranjak dari negeri tercinta ini.
Apakah agar
produktif kita mesti membuat daftar panjang untuk memenuhi jadwal kita? Waktu
dan produktifitas memang tak terpisahkan. Kita bisa produktif dengan pekerjaan
atau berbagai karya jika tersedia waktu yang cukup. Tetapi kita tak harus memenuhi jadwal seharian kita dengan
daftar yang begitu panjang . Justeru karena waktu yang tersedia terbatas, maka sebaiknya kita memilih
kegiatan yang penting untuk dilaksanakan.
Dalam ilustrasi toples di atas kegiatan yan paling
penting ( prioritas ) jika kita lakukan dan tercapai maka hidup dapat berjalan baik. Seperti bekerja, belajar, beribadah
dan menjaga kesehatan. Hidup kita sangat terdukung dengan kegiatan
penting tersebut. Setelah itu barulah kita menjalani hal-hal yang mendukung
lainnya, berupa kegiatan yang cukup
penting, seperti menjalin pertemanan , belajar pengetahun baru dan lainnya
sesuai dengan target yang kita tetapkan. Barulah terakhir kita lakukan hal hal
yang kurang penting tetapi jika kita lakukan maka hidup kita akan berwarna,
seperti menambah pertemanan di sosial media,
berlanja baju atau mengunjungi tempat yang kita suka. Urutan setiap kegiatan
berbeda untuk setiap orang. Maka urutan itu bisa naik atau turun sesuai impian
orang tersebut, “ ingin menjadi seperti apa yang mereka targetkan.”
Dengan pengurutan tersebut kita mencegah terjadinya kelelahan karena sibuk seharian dengan
aktivitas yang padat tetapi ketika kita menyadarinya ternyata aktivitas yang kita
lakukan tak begitu mendukung cita-cita atau tujuan. Lakukan hanyalah hal-hal yang mendekatkan pada
tujuan yang telah kita tetapkan. Kalau sudah begitu tak aka nada waktu terbuang
misalnya hanya untuk membicarkan urusan
orang lain di sela-sela kita bekerja. Atau menscroll scroll media social hanya
sekedar untuk melihat lihat status orang –orang.
Luar biasa mantap
BalasHapusSiap terima kasih tipsnya Sangat bermanfaat
BalasHapus